KANAL24, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kinerja industri plastik dan karet cukup positif. Sepanjang tahun 2018 lalu, industri plastik dan karet tumbuh sebesar 6,92 persen atau meningkat 2,47 persen dibandingkan tahun 2017.
Sektor ini juga memberikan kontribusi siginifkan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap total industri pengolahan nonmigas. Pada tahun 2018, menyumbang sebesar Rp92,6 triliun atau 3,5 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Kondisi tersebut terus meningkat selama lima tahun terakhir.
“Kami harapkan dalam tahun-tahun mendatang sektor ini bisa semakin diperkuat. Untuk industri plastik, sudah ada beberapa industri berkomitmen untuk berinvestasi dalam produksi ethylene cracker, yang merupakan bahan baku yang dibutuhkan untuk sektor industri plastik,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil ( IKFT ) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono usai pembukaan Pameran Produk Industri Plastik dan Karet 2019 di Plasa Pameran Industri, Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir permintaan produk plastik meningkat 5 persen. Ditargetkan industri ini akan terus bertumbuh di tahun-tahun yang akan datang dan dapat mensubstitusi bahan baku untuk plastik hingga 50 persen. Saat ini jumlah industri plastik mencapai 925 perusahaan dengan kemampuan memproduksi berbagai macam produk plastik dan menyerap 37.327 tenaga kerja. Total produksi sektor ini pada tahun 2018 mencapai 7,23 juta ton.
“Kami harapkan pula para pelaku industri mampu berkontribusi lebih banyak dalam penguatan industri plastik di dalam negeri,” ujarnya.
Sigit menegaskan bahwa pihaknya terus memacu daya saing industri plastik dan karet karena menjadi kontributor penggerak perekonomian nasional. Sebab, industri plastik dan karet merupakan sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
Selama ini industri plastik dan karet di dalam negeri telah mampu berproduksi dengan kualitas yang baik sesuai standar sehingga mampu bersaing dengan produk impor. Produk dari kedua sektor tersebut juga memiliki tingkat konsumsi yang masih tinggi.
Dalam upaya pengembangan industri karet, pemerintah saat ini mendorong agar sektor tersebut bisa lebih maju lagi dan mampu menyerap bahan baku karet dalam negeri yang melimpah dengan maksimal. Salah satunya dengan cara penggunaan aspal karet di jalan tol seluruh Indonesia.
Dengan terobosan tersebut, 7 persem dari kebutuhan aspal di dalam negeri sebesar 1,6 juta ton bisa disubstitusi dengan karet alam.
Di samping itu, intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet akan dilakukan dengan menciptakan cabang-cabang industri baru, seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang berpotensi menyerap karet alam dan menghasilkan devisa nasional serta menerapkan teknoligi industri 4.0.
“Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi 3,7 juta ton per tahun. Untuk itu, Kemenperin gencar mendorong transformasi dan penguatan komoditas karet dengan memperluas produksi karet di hilir,” ujar Sigit.(sdk).