Oleh: dr.Ayunda Dewi Jayanti JP, Dosen FK UB
Bagi pecinta kopi, berpuasa menghadirkan tantangan tersendiri. Apalagi bagi yang sudah kecanduan kopi. Minum kopi harus berganti jadwal juga tidak mudah. Kira-kira kenapa ya?
Caffeine withdrawal atau gejala putus kafein adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang yang rutin minum kopi mengurangi dosis konsumsi kafein harian atau bahkan menghentikannya sekaligus. Mengurangi asupan kafein secara mendadak dan drastis memiliki efek samping bagi kondisi tubuh, psikologis, dan emosi. Ada sebuah studi menyebutkan seseorang yang mengonsumsi sediitnya 100 mg kafein dalam sehari dapat merasakan gejala putus kafein sekitar 12-24 jam sejak saat terakhir ia minum kopi.
Sebagai referensi 8 oz atau setara 230 ml kopi mengandung 95mg kafein sedangankan 230 ml the mengandung 26 mg kafein. Jika seseorang terbiasa sedikitnya minum secangkir kopi setia pagi, pada hari berikutnya dia dapat mengalami gejala pusing. Semakin banyak konsumsi kopi harian gejala putus kafein yang dirasakan semakin berat.
Ada beberapa gejala putus kafein. Pusing bukan satu-satunya. Pun begitu, pusing juga bisa diakibatkan perubahan pola makan, istirahat, dan lifestyle selama ramadhan. Khususnya di negara 4 musim. Pusing juga bisa diakibatkan dehidrasi akibat kurangnya asupan air putih. Pusing yang diakibatkan gejala putus kafein dapat disebabkan perubahan aliran darah ke otak. Kafein sendiri menurunkan aliran darah menuju otak hingga 27% sehingga tubuh mengompensasi dengan efek kontraksi pada pembuluh darah maka tekanan dalam pembuluh darah ke otak meningkat.
Menghentikan kafein secara drastis dapat mengubah pola aliran darah dan sebabkan gejala putus yang tidak nyaman bahkan nyeri kepala. Meski begitu beberpaa tipe nyeri kepala seperti migraine menggunakan kafein sebagai terapi.
Mengantuk dan kelelahan adalah gejala lain yang dirasakan. Kafein memberikan tambahan energy dengan meningkatkan kewaspadaan melalui cara menghambat reseptor adenosine (neurotransmitter yang membuat rasa kantuk). Efek meningkatkan energi sendiri tidak bertahan lama sehingga memicu orang untuk menambah dosis kopi harian. Cemas, sulit berkonsentrasi, mood depresi, lebih sensitif, tremor, hingga tidak punya energi seringkali juga dirasakan.
Lantas bagaimana seharusnya?
Gejala putus kafein biasanya berlangsung 24-51 jam. Namun, lebih disarankan adalah perlahan mengurangi dosis kafein dibanding tiba-tiba berhenti. Substitusi dengan minum air putih dapat membantu menghidrasi tubuh karena dehidrasi memperparah gejala pusing dan lelah. Tidur cukup akan sangat membantu ditambah dengan berolahraga, makan bergizi, dan mengelola stress.
Jadi kapan nih waktu minum kopi yang baik?
Jika keinginan minum kopi sangat tinggi, minumlah di waktu-waktu awal berbuka, namun setelah mengisinya dengan makanan. Pertama, kita perlu menetralkan asam lambung dahulu agar tidak terpicu dengan kopi. Segelas kopi di saat berbuka dapat membantu mengumpulkan kembali energi untuk aktivitas ibadah berikutnya sekaligus masih memiliki waktu cukup sebelum beranjak istirahat di malam hari.