Kanal24, Malang – Kampanye atau perkumpulan pecinta seni dan budaya Indonesia terus bermunculan. Mereka menggelorakan suara untuk menghidupkan semangat keindonesiaan, khususnya kawula muda. Mulai dari pembiasaan mengenakan kain sampai dukungan tagar #berkainbersama.
Membahas budaya Indonesia memang tak akan ada habisnya. Keanekaragaman khazanah budaya membuat masyarakat Indonesia menjadi bangga dan bersyukur tiada akhir. Keragaman tersebut meliputi segala sendi kehidupan, salah satunya mode.
Mode menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Di Indonesia sendiri, warisan mode sangat-sangat beragam. Mulai dari kain, baju adat, sampai dengan kebaya. Legacy itu harus diturunkan kepada anak cucu demi generasi yang cinta akan budaya leluhurnya.
Anak muda yang semakin menggemari kain untuk paduan busana sehari-hari. (Dok. Swara Gembira)
Trend mode busana saat ini mulai mengajak anak muda untuk membiasakan mengenakan kain. Wastra asli Indonesia itu mulai digandrungi oleh kawula muda. Mereka memadupadankan kain khas Nusantara dengan pakaian-pakaian yang indah.
Salah satu komunitas yang membudayakan kain di kehidupan sehari-hari ialah Swara Gembira. Komunitas besutan pemuda bernama Oi dan Rifan Rahman ini berusaha membiasakan anak muda untuk berkain di kesehariannya. Swara Gembira juga aktif mengadakan acara pentas seni dan budaya Indonesia, menjual kain-kain Indonesia, serta menggelar festival musik yang sekaligus mempromosikan kain.
Gerakan yang dilakukan oleh Swara Gembira ini pun mendapat dukungan dari kawula muda. Mereka dengan perlahan mulai mencintai kain dengan mengenakannya dalam acara-acara konser musik, bahkan sekadar bercengkrama di kedai kopi. Gerakan kecil ini tentunya sangat berpengaruh pada anak muda lainnya.
Tagar #berkainbersama menjadi tagar yang ramai digunakan oleh anak muda. Mereka berlomba mengombinasikan pakaian modern dengan kain. Unggahan di sosial media pun memancing atensi publik. Tentunya hal ini menjadi sinyal bahwa semakin banyak anak muda yang mencintai budayanya sendiri.
Kain seakan menjelma menjadi pakaian masa kini. Padu padan dengan busana-busana modern menambah keindahan budaya asli Indonesia itu. Tak ada lagi anggapan-anggapan bahwa memakai kain adalah sesuatu hal yang kuno.
Selain munculnya komunitas pecinta budaya Indonesia, dunia mode Tanah Air juga mulai menjamah wastra nusantara. Sebutlah Didiet Maulana yang sangat cinta pada kain khas Indonesia. Koleksinya cukup banyak mulai dari tenun NTT sampai kain Jawa.
Desainer kondang Didiet Maulana dan koleksi IKAT Indonesia. (Dok. Ikat Indonesia)
Didiet juga mendirikan IKAT Indonesia, sebuah industri mode yang memasarkan kain-kain Nusantara. Koleksi kain yang ada cukup memanjakan mata dan menambah kebanggan sebagai “Orang Indonesia”. Model busana yang ada pun sangat mengikuti perkembangan zaman tetapi tak meninggalkan unsur keindonesiaan.
Jenama karya Didiet tersebut berusaha membudayakan kain Indonesia, khususnya tenun, agar menjadi keseharian orang Indonesia. Pelanggannya pun sekelas menteri, pejabat, dan aktris Indonesia. Karyanya tak perlu diragukan lagi.
Baru-baru ini, desainer terkenal Oscar Lawalata mengadakan pameran wastra nusantara di Museum Nasional, Jakarta. Pameran ini berlangsung dari tanggal 11 Agustus sampai dengan 10 September 2022. Kain-kain yang dipamerkan sarat akan filosofi dan makna. Kurang lebih sekitar 100 kain tenun Nusantara dipamerkan di sana.
Hal yang paling menarik dari pameran kain Oscar Lalawata ialah campaign ‘Aku dan Kain’. Kampanye daring melalui instagram ini menampilkan public figure Indonesia yang mengenakan kain tradisional dari setiap daerah. Artis seperti Reza Rahadian, Marsha Timothi, dan Cinta Laura turut memeriahkan. Gerakan ini diinisiasi langsung oleh Asha Darra, nama lain dari Oscar.
Kegiatan promosi budaya tentunya akan membawa pengaruh kepada setiap orang, khususnya anak muda. Apalagi jika promosi budaya tersebut dihadirkan secara kreatif, inovatif, dan juga mudah diterima oleh semua orang. Internalisasi nilai itu akan secara mudah diimplementasikan jika suatu budaya dapat memberikan nilai tambah, seperti nilai keindahan.
Pameran “Aku dan Kain: The Age of Diversity” karya Oscar Lawalata. (Dok. Oscar Lawalata Culture)
Filosofi kain-kain yang ditampilkan selalu sarat akan makna. Keindahan setiap motif dan pola pada kain menambah wawasan kita akan keanekaragaman Indonesia yang sangat luas. Makna yang terkandung di dalamnya memberikan pengetahuan yang luas kepada setiap orang.
Festival dan Pameran yang terletak di Museum Nasional ini merupakan gerakan merayakan keanekaragaman budaya, membangun semangat nasionalisme, dan juga menggali keindahan nilai-nilai pluralisme masyarakat Indonesia. Pameran ini membuka cakrawala budaya bagi yang melihatnya.
Sudah saatnya seni budaya Indonesia tidak dianggap lagi sebagai sesuatu yang kaku, kuno, mistis, dan tradisional. Hal ini lah yang menimbulkan gap/ jarak kepada kawula muda Indonesia. Anggapan-anggapan tersebut sudah semestinya dimusnahkan.
Wastra nusantara sejadinya terus merespon zaman. Anak muda lah sebagai agen untuk terus merevolusi kain agar menjadi suatu identitas bersama sebagai sebuah Indonesia. Pengembangan mode busana tanah air benar-benar harus dilakukan, tetapi harus tetap memahami akarnya agar tepat dan cermat. (raf)