Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) secara resmi memulai pembangunan Infection Center di Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) melalui acara Official Commencement of Building Construction yang digelar pada Kamis (19/6/2025). Proyek ini didanai oleh Uni Eropa melalui skema hibah (grant) sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan layanan kesehatan di Indonesia pascapandemi COVID-19.
Acara ini menandai langkah awal realisasi proyek pembangunan fasilitas kesehatan yang berfokus pada penanganan penyakit infeksius. Dalam sambutannya, Direktur Project Implementation Unit (PIU) UB, Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S., IPU., ASEAN Eng., menjelaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari dua inisiatif besar. Pertama adalah skema soft loan senilai 39 juta Euro dari Jerman, dan kedua adalah hibah dari Uni Eropa senilai 5 juta Euro untuk pembangunan dan penyediaan peralatan Infection Center RSUB.
Baca juga:
FIA UB Fokus Riset Berdampak dan Digitalisasi

“Grant ini awalnya dirancang untuk mendukung penanganan COVID-19, namun meskipun pandemi telah mereda, laboratorium dan fasilitas rumah sakit ini tetap sangat relevan untuk menghadapi berbagai penyakit infeksius lainnya,” jelas Prof. Sasmito. Ia juga menekankan pentingnya RSUB sebagai rumah sakit pendidikan yang akan mendukung kegiatan akademik mahasiswa, riset ilmiah, dan pelayanan masyarakat.
Selain pembangunan gedung dan laboratorium, proyek ini juga mencakup pengadaan alat kesehatan canggih, inovasi sistem manajemen laboratorium, serta penguatan sistem deteksi dan respons terhadap penyakit menular. RSUB direncanakan akan memiliki fasilitas BSL-2 (Biosafety Level 2) yang memungkinkan penelitian terhadap virus secara aman dan efisien.
Sementara itu, Mario Ronconi, Head of Unit for South Asia and Southeast Asia di European Commission, menegaskan komitmen Uni Eropa untuk mendukung peningkatan layanan kesehatan di Indonesia. “Kami ingin berkontribusi pada investasi konkret yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Proyek ini bagian dari pendekatan Team Europa dan kami juga bekerja sama dengan mitra dari Jerman,” ujar Ronconi dalam pidatonya.
Proyek ini menjadi bagian dari upaya besar Uni Eropa dalam mendukung pembangunan fasilitas layanan infeksius di dua lokasi strategis di Indonesia: Jawa Timur (Malang) dan Sulawesi Selatan (Makassar). Di wilayah Jawa Timur sendiri, fasilitas RSUB ditujukan untuk melayani populasi lebih dari 40 juta jiwa.

Baca juga:
147 Regulasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Akan Dipangkas Demi Produktivitas
Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menyampaikan harapannya agar Infection Center RSUB menjadi pusat rujukan riset dan layanan kesehatan di Indonesia. “Kita adalah teaching hospital, dan keunggulannya ada pada riset yang langsung bersentuhan dengan pasien. Harapannya rumah sakit ini menjadi acuan dalam pengembangan diagnosis dan terapi penyakit infeksi,” tuturnya.
Meski proyek ini sudah dimulai, pihak pengelola mengaku masih belum bisa memastikan waktu penyelesaian secara detail karena menunggu rincian kebijakan efisiensi nasional dan pelaksanaan teknis lanjutan. Namun demikian, pembangunan Infection Center RSUB menjadi tonggak penting dalam perjalanan UB membangun rumah sakit pendidikan yang tidak hanya melayani masyarakat, tetapi juga mendorong inovasi dan pengembangan keilmuan di bidang kesehatan.
Dengan dukungan internasional dan perencanaan jangka panjang, RSUB diharapkan dapat menjadi rumah sakit unggulan yang siap menghadapi tantangan kesehatan global di masa depan. (nid/bel)