Kanal24, Malang — Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan performa positif dengan melanjutkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Jumat (16/5/2025). Mengacu pada data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp16.448 per dolar AS, menguat sebesar 80,50 poin atau 0,94 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Penguatan ini memperlihatkan kepercayaan pasar terhadap mata uang Garuda yang semakin solid, terutama di tengah perkembangan terbaru dari kondisi ekonomi global, khususnya Amerika Serikat. Rupiah menjadi salah satu dari banyak mata uang Asia yang menguat pada perdagangan pagi ini.
Baca juga:
Ekonomi 2025 Diprediksi Melambat, Ini Sebabnya
Sejumlah mata uang utama kawasan juga menunjukkan tren serupa. Baht Thailand dan ringgit Malaysia tercatat menguat masing-masing sebesar 0,35 persen. Yuan China naik 0,07 persen, won Korea Selatan menguat 0,10 persen, peso Filipina bertambah 0,26 persen, dolar Taiwan menguat 0,22 persen, dan yen Jepang menanjak 0,30 persen.
Analis pasar keuangan Ariston Tjendra menyebut penguatan rupiah masih berpotensi berlanjut sepanjang hari ini. Hal ini tidak lepas dari rilis data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan dalam beberapa sektor penting. “Data-data ekonomi AS yang dirilis semalam, seperti penjualan ritel, inflasi produsen, indeks manufaktur wilayah New York, serta produksi industri, menunjukkan pelemahan,” ujar Ariston dalam keterangan resminya, Jumat (16/5/2025).
Ia memprediksi, dengan situasi ini, rupiah berpeluang terus menguat hingga menyentuh kisaran Rp16.400 per dolar AS. Namun demikian, Ariston tetap mengingatkan adanya potensi resisten di kisaran Rp16.550 per dolar AS yang perlu diwaspadai pelaku pasar.
Lebih lanjut, Ariston juga menyoroti kemungkinan perubahan kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Menurutnya, sinyal pelemahan ekonomi AS membuka peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan yang saat ini berada di kisaran 4,25 hingga 4,50 persen. “Melemahnya data ekonomi AS membuka ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS pada bulan Juni mendatang,” ungkapnya.
Baca juga:
Efisiensi Anggaran Bikin Ekonomi RI Melambat
Dengan situasi ini, pelaku pasar keuangan di dalam negeri diimbau untuk tetap mencermati perkembangan data ekonomi global serta kebijakan moneter yang akan diambil oleh bank sentral utama dunia, khususnya The Fed, karena faktor-faktor ini sangat menentukan arah pergerakan nilai tukar rupiah ke depan.
Penguatan rupiah kali ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi stabilitas ekonomi nasional, khususnya dalam pengendalian inflasi impor serta daya beli masyarakat terhadap barang-barang kebutuhan pokok yang berkaitan dengan harga dolar. (nid)