KANAL24, Surabaya – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Rabu (19/6/2019) mengangkat mantan Direktur Kepatuhan Bank Jatim Hadi Santoso sebagai Direktur Utama menggantikan R Soeroso, yang masa jabatannya berakhir pada April 2019 lalu.
Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, penetapan direktur utama termasuk direksi baru lainnya telah melewati proses yang panjang dan telah dikoordinasikan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) oleh lembaga independen.
“Ada proses panjang yang dilakukan lembaga kredibel di dalam naungan Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia ( LPPI ), dan hari ini dirut sudah diputusan dalam RUPSLB,” kata Khofifah usai RUPSLB Bank Jatim, di Surabaya, Rabu (19/6/2019).
Khofifah sebagaimana dilansir dari beritasatu berharap, komposisi direksi baru Bank Jatim ini bisa meningkatkan seluruh energi positif. “Maksimalisasi dari seluruh kinerja ini bisa dicapai oleh komposisi komisaris dan direksi jabatan yang baru,” tandas Khofifah.
Khofifah juga meminta agar Bank Jatim bisa berperan untuk menurunkan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
“Bagaimana bisa lebih signifikan menekan (angka) kemiskinan dan meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia), selain memang ini lembaga profit. Jadi selain profitabilitas memang harus terukur, maka peran-peran berseiring apa yang diprioritaskan oleh Pemprov Jawa Timur yang bisa dilakukan,” terangnya.
Khofifah menambahkan, selain Direktur Utama, pemilihan Direktur Operasi dan IT, Direktur Ritel, Direktur Kepatuhan serta Direktur Korporasi baru itu diharapkan akan meningkatkan kinerja Bank Jatim kedepan.
“Direktur Operasi dan IT sebagai upaya penguatan bisnis berbasis teknologi dan Direktur Korporasi harapannya bisa membangun komunikasi eksternal terutama dengan jaringan perbankan yang lebih luas guna meningkatkan DPK,” ujarnya.
Khofifah berharap, Bank Jatim bisa ikut serta dalam membangun perekonomian Jatim dengan fokus utama saat ini adalah penurunan kemiskinan, meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) serta menyeimbangkan ketimpangan perkenomian di desa dan di kota.
“Kemiskinan dan IPM bagi pemerintah ini tidak bisa ditawar. Kami berharap BPD ini bisa beriringan dengan ikhtiar Pemprov Jatim, selain sebagai lembaga profit, kami berharap Bank Jatim ini menjadi bagian yang akan ikut mengawal pembangunan,” imbuh Khofifah.
Bank Jatim hingga bulan Mei 2019, laba bersih Bank Jatim sebesar Rp 658,73 miliar atau tumbuh 7,62 persen (YoY), aset Bank Jatim sebesar Rp 65,97 triliun atau tumbuh 10,29 persen (YoY).
Dari segi bisnis, kredit Bank Jatim mengalami pertumbuhan 8,16 persen (YoY) atau sebesar Rp 34,76 triliun, sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan 11,88 persen atau sebesar Rp 55,4 triliun dengan CASA ratio 67,66 persen atau bertahan di atas 65 persen selama lebih dari 15 tahun. (sdk)