KANAL24, Jakarta – Wabah virus corona membuat pilihan berbagai instrumen investasi menjadi lebih berisiko. Namun apabila investor memiliki horizon jangka panjang, pilihan investasi di pasar saham tetap menjadi pilihan yang cukup baik.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menuturkan apabila investor tidak sekadar mencari keuntungan jangka pendek, pilihan berinvestasi di pasar saham tetap menjadi opsi yang baik di tengah wabah virus corona. “Apabila dia punya horizon target 2 atau 3 tahun mendatang, pilihan berinvestasi di saham tetap lebih baik menurut saya,” kata Hans dalam diskusi online “Atur Uang Saat Pandemi Covid-19” di Jakarta, Rabu (6/5/2020).
Hans mengakui sejak kemunculan isu wabah virus corona, pasar saham Indonesia yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) mengalami penurunan sampai 30% – 40% sejak awal tahun ini. Walau demikian, saat IHSG turun di bawah 4.500, ada peluang akan rebound. “Ini bisa jadi peluang bagi yang mengincar trading jangka pendek,” jelas Hans.
Namun secara jangka panjang, investor bisa mengambil kesempatan mengambil pilihan membeli saham-saham mumpung harganya sedang jatuh. Karena pandemi Covid-19 suatu saat akan berakhir dan pasar saham menjadi pulih. Investor yang sabar menanti manfaat jangka panjang akan menuai profit.
“Tentu saja dengan memilih investasi saham di sektor yang tepat. Apa saja sektor yang tepat akan saya jelaskan dalam pertemuan selanjutnya,” ucap Hans.
Bagi Hans, investasi di sektor saham tetap lebih baik dibanding berinvestasi di sektor properti. Sebab harga rumah saat ini meski Indonesia dilanda wabah virus corona, tetap tidak turun terlalu jauh.
Dalam kesempatan yang sama, Sulad Sri Hardanto dari FFA Institute juga mengingatkan pada investor yang mau tetap berinvestasi di sektor properti. Ada kemungkinan masyarakat mulai nyaman dengan work from home. Akibatnya kebutuhan akan perkantoran kemungkinan akan semakin menurun di masa depan.
“Jadi sebaiknya dipertimbangkan ulang bagi investor yang berinvestasi di perkantoran,” tutup Sulad.
Mengutip data perdagangan di BEI, Rabu (6/5), pukul 16.13 WIB, IHSG pada 2 Januari 2020 berada pada level 6.238,58. Akibat wabah virus corona melanda China dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia, IHSG akhirnya terus merosot. Titik terendah terjadi pada 24 Maret 2019 dimana IHSG jatuh pada level 3.973,63.
Untunglah sejak itu, IHSG mulai perlahan – lahan bergerak naik. Terakhir, hari ini 6 Mei 2020 IHSG ditutup pada level 4.608,79. Artinya sejak awal tahun, IHSG masih merosot 26,65%. (sdk)