Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Apabila kita lihat kebiasaan sebagian kaum muslimin saat menyiapkan menu berbuka, mereka menyiapkan banyak menu pada saat yang bersamaan dikala berbuka. Bisa jadi menu yang disediakan pada satu waktu itu cenderung amat banyak, ada minuman berbuka seperti kolak, es dawet, air putih, teh, dan kurma, atau aneka buah-buahan. Belum lagi terdapat berbagai menu berat dengan aneka lauk pauk dan sebagainya serta berbagai camilan yang disiapkan untuk makanan berbuka dan untuk dinikmati pada semalam hari kala itu hingga waktu sahur setiap harinya. Sehingga terkesan seakan berbuka sebagai ajang balas dendam atas aktifitas puasa, tidak makan dan minum seharian itu.
Padahal pesan Nabi saw sangatlah indah bagi orang yang akan berbuka, sekalipun pesannya singkat namun memiliki makna pesan yang sangat dalam. Nabi bersabda :
لاَيَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Senantiasa manusia di dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka” (Hadits Riwayat Bukhari 4/173 dan Muslim 1093)
Dalam hadits yang lain Nabi saw bersabda :
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ تَزَالُ أُمَّتِى بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الإِفْطَارَ وَأَخَّرُوا السُّحُورَ
Dari Abu Dzar, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka dan mengakhirkan sahur.” (HR. Ahmad 5: 147.
Dua pesan penting Nabi saw pada hadits diatas adalah menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Menyegerakan berbuka berarti bisa dimaknai bahwa apabila telah masuk waktu berbuka maka bersegeralah untuk menunaikannya. Mengakhirkan sahur berarti kesempatan waktu yang dipergunakan untuk bersahur adalah menjelang waktu fajar sebagai batas waktu masuknya kewajiban melaksanakan puasa. Hal ini juga memberikan pesan kepada kita bahwa karena segera, berarti waktu yang tersedia adalah harus cepat dan terbatas maka jangan berlama-lama menikmati makanan yang artinya makanlah secukupnya dan jangan banyak. Demikian pula dengan mengakhirkan waktu sahur yang juga memiliki kandungan pesan yang sama.
Dari kata AJJILUU inilah kemudian dalam realitas sosial pada masyarakat Indonesia dikenal kata TAKJIL yang dimaknai dengan penganan berbuka. Makna penganan yang dilabelkan oleh masyarakat ini sebenarnya tidaklah tepat. Karena kata takjil yang berasal dari kata AJJALA – WUAJJILU – TA’JIILAN, sebenarnya bermakna segera, cepat-cepat, terburu-buru. Yang berarti suatu tindakan menyegerakan dan mempercepat berbuka puasa. namun makna baru yang dilabelkan sebagai sebuah bagian interaksi sosial mungkin sah-sah saja. Sementara kata yang tepat dipergunakan adalah IFTHAR.
Sementara itu, pesan lainnya dari Nabi saw adalah mengakhirkan sahur, sebagaimana dalam hadits :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِىُّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى الصَّلاَةِ فَصَلَّى . قُلْنَا لأَنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِى الصَّلاَةِ قَالَ قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً
Dari Anas bin Malik, Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Zaid bin Tsabit pernah makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Nabi pun berdiri untuk pergi shalat, lalu beliau shalat. Kami pun berkata pada Anas, “Berapa lama jarak antara waktu selesai makan sahur dan waktu pengerjaan shalat?” Beliau menjawab, “Sekitar seseorang membaca 50 ayat.” (HR. Bukhari no. 1921 dan Muslim no. 1097).
Aktifitas sahur adalah bagian daripada aktifitaa ibadah dalam puasa ramadhan. Karena pada amaliah sahur ada keberkahan, sebagaimana disampaikan dalam pesan Nabi saw :
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Sehingga seorang muslim, demi mendapatkan doa nabi ini maka selayaknya untuk melakukan sahur sekalipun hanya dengan sebiji kurma dan seteguk air walaupun dirinya mungkin maaih merasa kenyang atau bahkan karena sebab malaa untuk bangun sahur.
Kesan Makna dari hadits tentang menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur adalah agar orang yang berpuasa tidak banyak-banyak makannya. Takjil berarti seseorang adalah bersegera, cepat-cepat untuk selanjutnya segera melaksanakan ibadah lainnya. Bukan malah menghabiskan waktu untuk banyak menikmati makanan dan menyediakan berbagai macam menu yang banyak yang mengesankan balas dendam karena tidak makan seharian, sehingga waktu malam hari dipergunakan untuk menghabiskan berbagai menu atas pengganti makanan yang “biasanya” dinikmati di siang hari. Hal demikian tentu jauh dari tujuan berpuasa, yaitu menahan makan dan minum. Kata Menahan bukan sekedar tidak makan minum, melainkan menahan diri dari kebiasaan makan banyak dan mengurangi kuantitasnya, termasuk di dalamnya adalah kebiasaan ngemil, menikmati camilan yang mungkin jauh lebih banyak kuantitasnya dari pada makan berat.
Demikian pula dengan pesan mengakhirkan sahur, itu artinya bahwa sisa waktu antara sahur dengan waktu imsak dan subuh sangatlah dekat (50 bacaan ayat alquran = lebih kurang 10 menit) sehingga tidak ada kesempatan berlama-lama menikmati makanan, untuk itu tentu aktifitas makan sangatlah cepat sehingga makan yang secukupnya saja. Semua ini dimaksudkan agar orang yang berpuasa mengurangi atau mempersedikit makan selama berpuasa dan tidak menjadikan waktu berbuka menjadi area balas dendam untuk makan yang banyak selayaknya mukbang.
Dengan mengurangi makan berarti mempersempit ruang gerak syaithan, karena syathan berjalan melalui aliran darah.
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا
Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).
Dengan seseorang mengurangi konsumsi makan maka sejatinya dia menutup peluang syaitan untuk melewati aliran darah yang kemudian syaitan menggoda manusia dan menjerumuskan manusia pada lembah kenistaan.
Jadi, pesan menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur sejatinya adalah pesan agar seorang muslim tidak banyak makan makanan. Karena dengan banyak makan maka akan berpeluang sangat mengganggu aktifitas fisiknya dikala akan menjalankan ibadah kepada Allah sebagaimana perintah untuk menghidupkan malam hari di bulan ramadhan dengan qiyamul lail. Serta dengan makan yang secukupnya (lebih sedikit daripada biasanya) makan juga akan mampu menjaga kesehatan dirinya demikian pula mengurangi kesempatan serta mempersempit ruang gerak syaithan yang melewati aliran darah untuk kemudian menggoda manusia. Untuk itu diharapkan dengan berpuasa, menahan makan minun dan mempersedikit kuantitasnya maka semoga menjadi kebiasaan pola makan yang lebih sehat untuk kehidupan ke depannya di luar bulan ramadhan.
Karena itu jangan jadikan saat berbuka dan malam hari bulan ramadhan hingga sahur sebagai ajang balas dendam. Berpuasa selama bulan Ramadhan adalah melatih diri menjadi lebih sehat untuk kehidupan yang lebih baik.
*) Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang