Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) menunjukkan komitmen sebagai kampus inklusif dengan memberikan ruang dan layanan bagi peserta difabel dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025. UTBK yang merupakan salah satu jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri akan diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia mulai 23 April hingga 3 Mei 2025.
Dalam informasi resmi dari Balai Pengelolaan Pengujian Pendidikan (BP3), UTBK tahun ini tetap mengedepankan prinsip aksesibilitas dan kesetaraan, termasuk dalam penyediaan fasilitas ramah difabel di kampus-kampus penyelenggara. UB sebagai salah satu mitra utama dalam pelaksanaan UTBK telah menyiapkan langkah khusus demi mendukung hal ini.
Di bawah koordinasi Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik, UB memastikan bahwa sebanyak 16 peserta difabel akan mendapatkan akses dan pendampingan memadai selama ujian berlangsung.
“Kita menyiapkan satu ruangan bagi peserta difabel di Ruang Lab 1 gedung FISIP. Ada beberapa jenis peserta difabel yang akan mengikuti UTBK di UB, yaitu penyandang disabilitas daksa, penyandang disabilitas rungu, dan penyandang disabilitas netra. Untuk yang penyandang disabilitas netra itu berada di sesi 3 UTBK, sedangkan untuk difabel lain penyandang disabilitas rungu dan penyandang disabilitas daksa dibedakan beberapa sesi. Khusus penyandang disabilitas netra karena perlu peralatan khusus hanya di sesi 3 saja. Sementara untuk difabel lain tidak memerlukan peralatan khusus hanya diperlukan akses menuju ruangan yang ramah difabel,” jelas Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB, Arif Hidayat, S.Kom., M.M. dalam keterangan tertulis (8/4/2025).
Arif juga menyebutkan bahwa pengawasan ujian untuk peserta difabel akan dilakukan oleh tenaga pengawas yang sudah mendapatkan pelatihan khusus dalam mendampingi mahasiswa berkebutuhan khusus. Tim tersebut berasal dari Subdirektorat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif Universitas Brawijaya (SLDPI UB).
Ketua SLDPI UB, Zubaidah Ningsih AS., Ph.D., menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan pemetaan dan penyesuaian fasilitas sesuai kebutuhan spesifik tiap jenis disabilitas.
“Pendampingan dilakukan dengan pemetaan akomodasi yang dibutuhkan, misal untuk disabilitas netra, apakah low vision ataukah netra total. Kalau low vision, perlu dibantu pengesetan tampilan di komputer supaya lebih jelas terlihat. Misal menggunakan font lebih besar, background gelap tulisan terang. Kalau disabilitas netra total, bisa dibantu dengan memastikan apakah materi ujian bisa terbaca dengan screen reader atau tidak sehingga peserta bisa memahami dan memberikan jawaban,” ujarnya.
Pendampingan juga diberikan untuk peserta dengan disabilitas daksa. Mereka akan dibantu dalam hal mobilitas, baik saat menuju maupun dari lokasi ujian, termasuk dukungan teknis saat mengerjakan soal. Sedangkan peserta disabilitas rungu umumnya lebih mandiri, namun tetap akan mendapatkan bantuan dalam memahami instruksi berbasis suara, seperti aba-aba dari pengawas maupun pengingat waktu ujian.
Zubaidah menegaskan bahwa pendampingan dilakukan secara teknis, dan tidak menyentuh proses pengerjaan soal.
“Pendamping sifatnya hanya membantu teknis pelaksanaan ujian, tapi tidak mengintervensi apapun di pengerjaan soal, calon mahasiswa mandiri dalam merumuskan jawaban soal,” tambahnya.
Pihak UB berharap dapat memberi pengalaman UTBK yang adil, nyaman, dan setara bagi seluruh calon mahasiswa, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Langkah ini menjadi bagian dari upaya UB dalam membangun pendidikan tinggi yang inklusif, sejalan dengan semangat keberagaman di dunia akademik.