Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya siap mensukseskan Program Pengabdian Mahasiswa (Pengmas) Membangun Desa (MMD) yang menjadi Mata kuliah wajib bagi mahasiswa angkatan 2019, 2020, 2021, dan 2022 Universitas Brawijaya, Malang untuk membantu 1000 desa di wilayah Jawa Timur. Sebanyak 14.000 mahasiswa akan berpartisipasi dalam program tersebut.
Yusron Sugiarto, S.T.P., M.P., M.Sc., Ph.D., selaku Wakil Ketua Program MMD, menyatakan bahwa program ini bertujuan untuk mencegah bentrok antar fakultas dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
“Dulu ada banyak jenis program pengabdian masyarakat, seperti KKN kebangsaan dan KKN Tematik. Pada saat di lapangan ternyata lokasi kegiatan-kegiatan KKN banyak yang bentrok. Akhirnya mahasiswa rebutan program yang mereka laksanakan bersama-sama. Karena bentrok akhirnya apa yang direncanakan tidak bisa berjalan,” terangnya.
Aktifitas Mahasiswa MMD (Dok. Ho UB)
Menurut Yusron, situasi di lapangan mendorong Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UB untuk mengintegrasikan kegiatan pengabdian masyarakat ke dalam satu program yang disebut MMD.
“MMD adalah kegiatan wajib bagi mahasiswa angkatan 2020, 2021, dan 2022. Kegiatan ini mendapatkan bobot 4 SKS dan ketika mahasiswa sudah mengikuti KKN maka tidak perlu mengikuti kegiatan MMD. Bisa pilih salah satu KKN atau MMD. Pada tahun 2023 semua kegiatan pengabdian kepada masyarakat mahasiswa difokuskan kedalam MMD,” kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LPPM UB ini.
Saat ini, kegiatan yang dikelola oleh LPPM telah dikoordinasikan dengan Gubernur Jawa Timur, seluruh Bupati di Jawa Timur, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kemendes, dan Bakesbangpol.
Ketua Program MMD 1000 Desa, Dr. Sujarwo, S.P., M.P., mengatakan bahwa mereka telah menentukan 1000 desa di Jawa Timur sebagai lokasi program MMD. Program ini akan melibatkan 14.000 peserta, dengan setiap desa memiliki 14 mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan.
Proses persiapan MMD sudah dimulai sejak Januari 2023, dengan melibatkan 500 Dosen Pembimbing Lapangan dan 150 Dosen Penyusun Tema untuk mengidentifikasi potensi di lokasi-lokasi program.
“Diharapkan pada bulan Maret, mahasiswa sudah mulai menyusun penguatan program kerja terkait potensi apa saja yang bisa dikembangkan di masing-masing lokus, dengan pendampingan para dosen pembimbing dan penyusun tema,” katanya.
Sebelum berangkat, para mahasiswa akan mendapatkan pembekalan operasional dan tematik. Rencananya, keberangkatan program MMD akan dilakukan pada bulan Juni 2023, dengan durasi enam minggu di setiap lokasi.
UB telah memastikan keamanan pelaksanaan program ini dengan mengatur mekanisme transportasi untuk pemberangkatan mahasiswa secara bertahap dan berkoordinasi dengan Korem dan Polsek untuk memastikan keamanan di lokasi-lokasi program.
UB juga telah berkolaborasi dengan BPJS untuk memberikan perlindungan kesehatan selama tiga bulan kepada mahasiswa yang terlibat dalam program ini.
Sujarwo berharap bahwa program MMD, yang melibatkan mahasiswa, dosen, masyarakat, dan pemerintah daerah, dapat menjadi kolaborasi yang potensial untuk meningkatkan eksistensi perguruan tinggi dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
“Bagi masyarakat, tentu akan ada sumbangan pemikiran dan diseminasi IPTEK dari mahasiswa untuk pembangunan desa. Bagi mahasiswa akan terbentuk team work building, peningkatan communication skill, dan kompetensi lainnya. Bagi dosen akan tercapai IKU ketiga, yakni dosen berkegiatan di luar kampus,” ungkap dosen Fakultas Pertanian ini.
Program MMD juga memiliki manfaat bagi pengakuan internasional, karena program ini merupakan implementasi dari tema-tema SDG’s. Diharapkan bahwa pelaporan dari mahasiswa mengenai program MMD dapat menjadi input bagi pemeringkatan Tim. (Sat)