Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Bulan Ramadhan memang telah berakhir. Namun bukan berarti pelajaran Romadhon dan amaliyah selama Ramadhan juga telah berakhir. Ramadhan yang kita lalui sebulan lalu adalah satu episode dari perjalanan panjang yang akan kita lalui setelah ini, setidaknya pada 11 bulan kedepan.
Jika di awal ramadhan kita diminta untuk meluruskan niat, seraya terus menguatkan semangat dalam menjalani ibadah selama bulan ramadhan. Maka jika telah sampai di penghujung ramadhan seruan semangat itu tetap bergelora serta perlunya menjaga keistiqomahan atas apa yang telah dilakukan selama ramadhan. Ciri seseorang yang berhasil puasa Ramadhannya adalah keistiqomahannya dalam menjalankan amal kebaikan selama ramadhan diluar bulan ramadhan. Jika selama sebulan kita telah dilatih dengan menjalankan berbagai amaliah ibadah maka tentunya untuk mengetahui hasil dari latihan itu dapat dilihat pada hari-hari setelah bulan ramadhan.
Jika sebuah pelatihan yang dilakukan selama 3 hari maka dampak perubahan yang akan ditimbulkan dapat bertahan hingga 3 bulan setelahnya dan pada bulan yang ketiga pasca pelatihan maka seseorang akan kembali pada perilaku semula. Maka bagaimana kiranya dampak yang akan ditimbulkan jika pelatihan itu dilakukan selama sebulan penuh. Berapa lama dampak yang akam ditimbulkannya. Oleh karena itu puasa ramadhan yang dilakukan selama sebulan penuh ini harusnya mampu berdampak lebih dari satu tahun semenjak lepas dari madrasah ramadhan yang di dalamnya seorang mukmin mengikuti program pelatihannya tersebut dengan penuh kesungguhan, keikhlasan dan harap-harap cemas (imaanan wah tisaaban)
Ibarat seseorang yang selama sebulan penuh berada di dalam training center maka pertarungan sebenarnya bukanlah selama berada di dalam ruang dan masa training tersebut, melainkan pasca training center tersebut. Pertarungan sebenarnya adalah saat berada di ring tinju atau lapangan hijau yang sebenarnya. Itulah 11 bulan setelahnya, mulai bulan syawal hingga bulan sya’ban yang akan datang. Dalam pertarungan sebenarnya itulah segala tindakan akan hadir dalam realitas baik positif maupun negatif walau kecenderungannya tindakan negatif lebih menguasai realitas. Hal ini karena di luar ramadhan tindakan negatif itu seakan hadir tanpa penghalang. Sementara di bulan ramadhan terlalu banyak penghalang tindakan negatif tersebut dan penghalang terbesarnya adalah puasa ramadhan itu sendiri.
Di realitas pertarungan yang sesungguhnya ini segala bentuk keburukan akan hadir secara lebih powerfull tanpa hambatan. Kesombongan, kebohongan, kedurhakaan, kedhaliman, pengkhianatan, pertikaian, ketidakpedulian, egoisme, sikap hasud, balas dendam dan segala bentuk keburukan akan hadir kembali dengan sangat leluasa. Media sosial yang mungkin selama Ramadhan lebih terkendali dalam menyebarkan berita hasud, hoax, ujaran kebencian karena orang relatif dapat menahan diri sebab dirinya sedang berpuasa. Maka pasca Ramadhan penghalang itu (puasa) sudah tidak ada lagi. Sehingga orang akan merasa bebas untuk berbuat dhalim dengan medsosnya. Na’udzubillahi min dzalik.
Pantaslah Ramadhan selama sebulan penuh memberikan bekal terbaik kepada seorang muslim untuk membiasakan diri dalam kebaikan dan menahan diri dari keburukan. Ramadhan telah memberikan bekal untuk mempersiapkan pertarungan yang sesungguhnya. Apa saja yang telah dilatihkan selama madrasah ramadhan ?. Madrasah Ramadhan telah mengajarkan kontrol emosi diri, menahan diri dari keburukan, melatih kesabaran, melatih kemampuan menjaga lisan untuk tidak mengumbar ucapan yang dusta dan sia-sia termasuk pula mengajarkan tangan untuk tidak mudah memviralkan setiap berita yang berdampak buruk. Ramadhan juga mengajarkan kepedulian, meningkatkan rasa empati dan semangat berbagi pada sesama. Ramadhan juga mengajarkan hidup sederhana dan tidak berfoya-foya tamak pada dunia. Ramadhan juga mengajarkan kejujuran dalam bersikap dan berkata-kata.
Semua pelajaran terbaik dari madrasah Ramadhan ini adalah sebagai bekal terbaik untuk menghadapi gempuran syetan (baik yang berujud jin ataupun manusia) pada sebelas bulan selanjutnya setelah Ramadhan. Sehingga apabila bekas yang ditinggalkan sangat kuat (karena kesungguhan ibadah saat Ramadhan) maka tentu akan berdampak mampu menjadi tameng atau perisai bagi dirinya dalam menghadapi pertarungan kehidupan yang sesungguhnya. Itulah Nabi mengingatkan bahwa Ash shaumu junnah, puasa itu sebagai perisai.
Oleh karena itu, puasa Ramadhan haruslah mampu meninggalkan jejak terbaik pada diri seseorang. Karena sejatinya sesuatu itu baru dianggap ada dan pernah ada manakala ada jejak atas sesuatu itu. Ibarat seseorang mengatakan bahwa di hutan itu ada harimaunya manakala ada jejak atau bekas atas keberadaan harimau tersebut. Apakah berupa jejak kaki, jejak ceceran darah, semak yang terkoyak, ataupun berupa suara auman. Namun jika semua itu tidak ada jejak maka cerita bahwa di hutan itu ada harimaunya tentu adalah sebuah dongeng belaka,
Jadi, puasa Ramadhan yang kita kerjakan selama bulan Ramadhan baru dianggap benar-benar kita lakukan dengan benar manakala ada jejak atau bekasnya (atsar) dari puasa tersebut yang terus dikerjakan setelah ramadhan. Baik berupa amal ibadahnya (seperti puasa, qiyamullail, baca alquran, berbagi, sedekah dsb), maupun berupa nilai-nilai substansial puasa ramadhan sebagaimana yang disebutkan diatas.
Selamat menghadapi pertarungan yang sesungguhnya dengan modal madrasah Ramadhan yang lalu dan semoga kita dapat menjalani dan memenangkannya di sebelaa bulan yang akan datang. Terima kasih Ramadhan dan selamat datang syawal. (ams)
*) Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang