Selamat iedul fitri, taqabbalallahu minna wa minkum, semoga Allah menerima amal ibadah kita selama ramadhan. Kata ‘ied atau ‘aaidin العإدين sebagaimana dalam doa yang seringkali terdengar “Allahummaj ‘alnaa minal ‘aaidin wal faaiziin wal maqbuuliin..” adalah derivasi dari asal kata عاد ‘aada, يعود ya’uudu, عودا ‘audan yang berarti kembali kepada keadaan semula. Berbeda dengan kata “raja’a” yang juga bermakna kembali namun tidak harus kembali ke keadaan semula. Kembali ke keadaan asal (misal kembali ke kampung halaman asal dimana kita dilahirkan) biasanya menyenangkan. Demikianlah bahwa mudik itu menyenangkan. Semua kata ini bisa merujuk pada kata ‘ied tadi.
Disaat awal ramadhan kita merencanakan berbagai target pencapaian amaliyah selama ramadhan (semisal ibadah solat, bacaan alquran, sedekah dsb) maka saat ini adalah sesi untuk mengevaluasinya, apakah semua target itu telah tercapai dengan sempurna, apakah maksud tujuan dari puasa ramadhan yaitu taqwa bisa kita raih ?. Apakah dosa-dosa sudah terampuni, lalu apa buktinya ? yaitu disaat menjalani hidup terasa ringan dan semakin giat ibadah.
Apakah di akhir ramadhan kita sudah kembali ke asal yaitu fitrah ?, lalu apa buktinya?. Yaitu manakala kecenderungan kepada kebaikan semakin menjadi – jadi, disaat keinginan untuk terus melakukan kebaikan semakin bersemangat. Karena fitrah adalah al muyuul ilal khair (cenderung pada kebaikan). Kecenderungan untuk terus berada di jalan ibadah dan dakwah, peka dengan berbagai kemungkaran dan tergerak untuk menolaknya, pikirannya jernih tidak terkontaminasi dengan kerancuan (vallacy) sehingga dengan mudah mengidentifikasi penyimpangan berpikir, hatinya bersih dari berbagai penyakit sehingga bersedia menerima ajakan kebaikan dan mampu menolak bisikan syetan yang akan memalingkan dari jalan kebenaran.
Keberhasilan puasa ramadhan manakala kita selalu mau mengikuti suara fitrah diri kita, yaitu disaat kita bersedia bersegera memenuhi panggilan kebaikan yang membisikkan dalam hati. Semisal disaat suara adzan berkumandan maka diri kita segera memenuhi suara hati untuk segera mempersiapkan diri memenuhi panggilan shalat. Disaat melihat kotor berantakan, dengan segera memenuhi suara hati untuk membersihkan dan merapikannya dsb.
Diri yang kembali ke fitrah selayaknya bayi yang baru terlahir, yang apabila siapapun bertemu dengannya pasti tersenyum karena mampu menebarkan kebahagiaan bagi sesama, dalam interaksi dengan sesama jauh dari dendam dan iri dengki selayaknya anak kecil saat bermain, suka menolong dan membantu tanpa harus diminta, peduli pada rekan dan sekitar tanpa memandang status, tidak suka berbohong dan berlaku curang, jika melakukan kesalahan segera meminta maaf dan suka memberikan maaf tanpa rasa dendam, jika diingatkan segera melakukan perubahan dan memperbaiki kesalahan, selalu memupuk rasa ingin tahu sehingga saat tidak mengetahui sesuatu maka sesegera mungkin bertanya lalu belajar dan mendalaminya. demikianlah gambaran seorang yang kembali fitrah selayaknya nilai kehidupan anak kecil yang tanpa dosa.
Orang yang kembali fitrah ibarat kertas yang kembali putih bersih tanpa coretan dan menjaganya agar tetap bersih sekalipun mengisinya maka hanya diisi dengan tulisan terindah dengan tinta emas dan sekali saja ada coretan buruk maka sesegera mungkin dia menghapusnya. Seseorang yang kembali fitrah selalu menjaga keistiqomahan untuk terus melakukan kebaikan sebagaimana amaliyah selama bulan ramadhan, sekali saja dia melakukan dosa dan keburukan maka sesegera mungkin dia bertaubat kepada Allah swt dan mengganti dengan kebaikan untuk menutupinya.
Ramadhan dilaluinya ibarat kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Jika sebelumnya selayaknya ulat yang berperilaku buruk, makan apa saja dan milik siapa saja, sukanya merusak, gerak kerjnya lambat sehingga siapapun saja yang berinteraksi dengannya terasa menjijikkan dan menakutkan.
Namun setelah sebulan dia berpuasa selayaknya kepompong, maka dia keluar dengan nama dan wajah yang serba baru, menjadi kupu-kupu yang tampak indah, makanannya sudah berubah yaitu hanya makan yang baik saja (menghisap serbuk bunga) dan menjadikannya bermanfaat bagi orang lain yaitu menghasilkan madu, hidupnya bermanfaat bagi yang lain yaitu mengawinkan tetumbuhan agar berlangsung kehidupan indah, cara gerak kerjanya juga telah berubah yaitu terbang, cepat, gesit. Kesimpulannya bahwa orang yang kembali fitrah menjadikan keseluruhan dirinya tampak indah dan memberikan banyak kemanfaatan bagi kehidupan.
Semoga puasa yang telah kita lalui selama bulan ramadhan berakhir dengan pengampunan dari Allah swt sehingga menjadikan diri kita bersih dari noda dosa dan kembali fitrah sebagai pribadi yang benar-benar baru, tampak indak menyenangkan dengan perilaku dan sifat yang juga menyenangkan dan bermafaat bagi sesama. Semoga Allah meridhoi kita dan selamat kembali ke asal fitrah diri kita.
Mohon Maaf Lahir dan Batin. Minal ‘aidzin wal faaiziin, taqabballahu minna wa minkum, kullu ‘aamin wa antum bi khair. Taqabbal yaa kariiim. Aamiiin
Penulis Akhmad Muwafik Saleh. Dosen Fisip UB dan motivator