oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Pandemi Covid-19 yang ditengarai bermula dari kelelawar sebagai penyebar awal corona virus baru ini serta pola hidup yang jorok jauh dari kebersihan dianggap menjadi penyebab biang menyebarnya virus ini. Sehingga para ahli menyarankan bahwa salah satu cara paling efektif dan sederhana untuk mencegah penularan virus corona adalah dengan menjaga kebersihan, khususnya kebersihan tangan dan wajah. Sebab penularan corona virus bisa menyebar melalui droplet atau percikan air liur yang kemudian dapat dihirup melalui hidung sehingga disarankan untuk tidak menyentuhkan tangan ke wajah. Sehingga disarankan untuk sesering mungkin membersihkan tangan dan wajah.
Merebaknya corona virus ini yang menyarankan untuk menjaga secara disiplin kebersihan tangan dan wajah. Saya menjadi teringat dengan syariat Islam yang mulia dalam mewajibkan ummatnya dengan menjaga wudhu dan shalat. Kedua syariat mulia ini bukan hanya sekedar sebuah amal spiritual yang menguatkan aspek kejiwaan dan sikap perilaku (tanha ‘anil fakhsya’ i wal mungkar, mencegah dari perbuatan keji dan mungkar) namun pula mengajarkan manusia untuk berperilaku hidup bersih. Sebagaimana ibarat yang disampaikan oleh Nabi tentang shalat. Dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu,
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ». قَالَ قَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُبْقِى ذَلِكَ مِنَ الدَّرَنِ
“Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi yang mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu tidak tersisa kotoran sedikit pun (di badannya).” (HR. Muslim).
Sebuah permisalan yang sangat indah, shalat lima waktu diibaratkan seseorang yang di depan rumahnya ada sebuah sungai dan setiap hari seseorang mandi serta membersihkan dirinya minimal lima kali sehari, lalu mungkinkah masih ada kotoran yang melekat pada tubuh yang demikian. Kebersihan atas dampak shalat tidak hanya kebersihan jiwa tapi sekaligus kebersihan fisik. Sebab tidak sempurna shalat tanpa wudhu. Wudhu adalah salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan salat. Wudhu menjadikan tubuh fisik manusia menjadi bersih. Mulai dari kebersihan tangan, hidung, wajah hingga kaki. Sebagaimana syariat wudhu dalam penjelasan alquran :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قُمۡتُمۡ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغۡسِلُواْ وُجُوهَكُمۡ وَأَيۡدِيَكُمۡ إِلَى ٱلۡمَرَافِقِ وَٱمۡسَحُواْ بِرُءُوسِكُمۡ وَأَرۡجُلَكُمۡ إِلَى ٱلۡكَعۡبَيۡنِۚ وَإِن كُنتُمۡ جُنُبٗا فَٱطَّهَّرُواْۚ وَإِن كُنتُم مَّرۡضَىٰٓ أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوۡ جَآءَ أَحَدٞ مِّنكُم مِّنَ ٱلۡغَآئِطِ أَوۡ لَٰمَسۡتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمۡ تَجِدُواْ مَآءٗ فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدٗا طَيِّبٗا فَٱمۡسَحُواْ بِوُجُوهِكُمۡ وَأَيۡدِيكُم مِّنۡهُۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجۡعَلَ عَلَيۡكُم مِّنۡ حَرَجٖ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمۡ وَلِيُتِمَّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Ma’idah, Ayat 6)
Wudhu dimaksudkan dalam syariat yang mulia ini agar manusia selalu dalam keadaan bersih sebagaimana disebutkan pada akhir ayat tersebut. Artinya shalat dan wudhu mengajarkan manusia untuk selalu membiasakan hidup yang bersih. Bermula dari kebersihan fisik, wajah, tangan, kaki hingga diharapkan mampu mendorong kesehatan jiwa dan mental manusia. Kebiasaan hidup bersih juga menjadi bentuk implementatif dari nilai keimanan seorang muslim. Sebagaimana disebutkan dalam FirmanNya :
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ
Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah, Ayat 222)
Artinya syariat Islam secara sempurna mengarahkan manusia agar selalu hidup bersih, karena dengan kebersihan dan budaya hidup bersih menjadikan manusia sehat jasmani dan rohani. Sehingga benar bahwa shalat itu menyehatkan dan mampu meningkatkan imunitas tubuh. Sebagaimana sabda Nabi :
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا ذَوَّادٌ أَبُو الْمُنْذِرِ عَنْ لَيْثٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا هَجَّرْتُ إِلَّا وَجَدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي قَالَ فَصَلَّى ثُمَّ قَالَ اشِكَمَتْ دَرْدْ قَالَ قُلْتُ لَا قَالَ قُمْ فَصَلِّ فَإِنَّ فِي الصَّلَاةِ شِفَاءً
Telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘Amir telah menceritakan kepada kami Dzawwad bin Abu Al Mundzir dari Laits dari Mujahid dari Abu Hurairah berkata; Tidaklah aku datang ditengah hari yang panas melainkan aku mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang shalat, ” Abu Hurairah berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat kemudian bertanya: “Apakah kamu sakit perut?” Abu Hurairah berkata; maka aku menjawab; “Tidak, ” kemudian beliau bersabda: “Berdirilah terus shalat karena di dalam shalat terdapat kesembuhan.” (HR. Ibnu Majah).
Shalat dan wudhu adalah solusi ilahiyah dalam menjawab wabah pandemi Covid-19 ini yaitu melalui kekuatan kebersihan fisik dan jiwa. Kebersihan fisik yang diperoleh melalui mekanisme wudhu, dan kekuatan jiwa berupa ketenangan psikologis yang diperoleh melalui bacaan dalam shalat (terlebih shalat khusyu’) sehingga dengan kedua mekanisme ini, kebersihan fisik dan ketenangan jiwa akan melahirkan imunitas tubuh yang baik dan kuat. Lalu adakah konsepsi teologis selain islam yang mampu menjawab secara sempurna atas wabah pandemi covid-19 ini?.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB