KANAL24, Malang – Mahasiswa Universitas Brawijaya mensosialisasikan inovasi dalam mengurangi jumlah sampah organik di SMPN 22 Kota Malang pada 14/09/2020.
Tim yang beranggotakan enam orang ini, bernovasi menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai pendaur ulang alami sampah organik. Mereka menilai larva ini memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi bahkan dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Larva ini memiliki dua fase major, yaitu fase lalat dan fase maggot. Fase maggot inilah yang berperan sebagai pendaur ulang sampah.
Bersama anggota ekstrakurikuler Tanaman Organik SMPN 22 Malang mengembangkan maggot Black Soldier Fly sebagai pengurai sampah organik sekaligus media pembelajaran siswa. Akan tetapi, permasalahan yang dijumpai yaitu banyak imago lalat yang mati dan pupa yang tidak berkembang.
“Kami membuat sistem yang dapat memperkecil kemungkinan mortalitas maggot. Pengaturan suhu, kelembapan dan cahaya menjadi salah satu bagian yang perlu diperhatikan selain pengecekkan jenis dan jumlah pakan maggot,” kata Annis Safira Senin (28/9/2020).
Annis Safira Nur Aulia bersama kelima anggotanya Femi Tasani, Muhammad Zainurrahman, I Wayan Wira Yuda, Mila Afidah Rahmah dan Abdul Mudjib Sulaiman Wahid melakukan program sosialisasi tentang bagaimana cara budidaya maggot yang baik agar menghasilkan pupuk kompos yang maksimal. Sosialisasi ini diselenggarakan pada Senin 14 September 2020 melalui telekonferensi aplikasi Zoom dan dihadiri oleh 8 orang termasuk pembina ekskul.
“Kami senang, teman-teman SMPN 22 Malang sangat antusias dalam kegiatan sosialisasi. Mereka aktif bertanya tentang seluk beluk maggot,” kata salah satu perwakilan tim Annis.
Selain itu, demi mensukseskan budidaya maggot, tim juga membuat buku pedoman budidaya maggot dan aplikasi BLAЄK PINTER.
“Melalui aplikasi ini, jumlah kematian maggot dapat ditekan. Aplikasi ini memuat update suhu dan kelembapan sekitar kandang maggot. Ada juga, perhitungan jumlah pakan dan maggot, kalender fase, video tutorial dan buku pedoman,” kata mahasiswa angkatan 2017 tersebut.
Annis juga menambahkan jika program ini akan terus berlanjut dan berkembang untuk mencapai target maggot yang melimpah dan menghasilkan kompos yang berkualitas.
Tidak hanya sebagai dekomposer, namun maggot bisa dijadikan sebagai alternatif pakan ternak burung dan ikan. Hal ini dikarenakan maggot mengandung 35 % protein dan 30% lemak kasar yang baik untuk pertumbuhan ternak.(sdk)