Kanal24, Malang – Limbah merupakan problematika lingkungan yang belum terselesaikan sampai sekarang. Penumpukkan sampah yang terjadi seperti plastik, kertas, kaleng, dan lainnya sering kita temui di lingkungan sekitar. Dari banyaknya jenis limbah yang tersebar, masih terdapat limbah yang belum dimanfaatkan namun berpotensi besar yakni minyak jelantah. Berangkat dari hal tersebut, komunitas mahasiswa Universitas Brawijaya merintis aplikasi layanan pengelolaan minyak jelantah dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular yang disebut Zerolim.
Pada awalnya, Zerolim (Zero Limbah) adalah sebuah rancangan usaha yang dibuat komunitas kewirausahaan mahasiswa Universitas Brawijaya untuk mengikuti Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) tahun 2019. Ketika pertama kali didirikan, Zerolim belum berupa aplikasi seperti sekarang.
“Dulu waktu tahun 2019, kita masih menggunakan WhatsApp. Tetapi banyak mengalami kendala dalam mengelola orderan. Kita membutuhkan sistem yang terintegrasi dan mudah, sehingga kita menciptakan aplikasi Zerolim ini,” tutur Fadli Robbi selaku Direktur Utama PT. Zerolim Tekno Lestari.
Zerolim hadir sebagai one stop waste management service solution untuk mengatasi permasalahan limbah minyak jelantah yang ada di masyarakat daerah Malang, Lamongan, dan Batu. Saat ini, Zerolim tidak hanya mengolah limbah minyak jelantah tetapi juga limbah botol plastik.
“Untuk jenis plastik yang diterima itu botol PET (Polyethylene Terephthalate). Sedangkan untuk jelantah, kita menerima minyak mulai dari yang bening sampai yang hitam. Karena di Zerolim, kita tidak mengolah jelantah menjadi minyak goreng baru lagi, tetapi kita kerja sama dengan perusahaan yang ada di Eropa untuk membuat jelantah ini menjadi biodiesel. Jadi kami membantu supply-nya,” jelas Fadli.
Fadli mengaku, tantangan terbesar dalam menjalani program Zerolim adalah pada pemberian edukasi ke user. Sebelum menggunakan jasa Zerolim, sebanyak 60-70% user tidak mengetahui cara mengelola limbah minyak jelantah dan hanya membuangnya di wastafel. Selain itu, sebagian masyarakat yang menjadi sasaran sosialisasi masih belum terbuka dengan program Zerolim.
“Contohnya ibu-ibu, minyaknya jarang ada yang dibuang karena katanya sayang mas minyak gorengnya dibuang. Padahal di sisi lain, minyak jelantah itu bahaya banget. Salah satu dampak bahayanya bisa menyebabkan kanker,” ungkap pendiri Zerolim tersebut.
Mengatasi hal tersebut, tim Zerolim merancang strategi bagi user dengan menggunakan empat tahapan edukasi. Pada tahapan pertama, tim Zerolim mengadakan sosialisasi guna menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengolah limbah. Tahap kedua, masyarakat diberi edukasi mengenai cara mengelola minyak jelantah. Ketiga, masyarakat dikenalkan pada Zerolim sebagai agen pengolah limbah. Terakhir, masyarakat bersedia menjadi user dari aplikasi Zerolim.
“Kita tidak menyuruh masyarakat untuk membuang minyak jelantah, tetapi kita mengajak masyarakat lebih bijak mengelola limbah minyak jelantah,” kata Fadli.
Zerolim menyediakan layanan pick-up sampah dari rumah user. Adapun syarat dan ketentuan untuk pick-up sampah adalah sampah yang akan disetor memiliki berat minimal tiga kilogram. User juga wajib mengisi data di mana dan kapan sampah akan diambil.
Masyarakat diharapkan dapat lebih bijak mengolah sampah melalui Zerolim, sehingga dapat membantu permasalahan sampah atau limbah yang ada di masyarakat.
“Zerolim ingin mengajak teman-teman mulai bijak mengelola sampai dari rumah. Minimal sampah organik dan anorganik dipisah dulu. Dan kalau tidak sempat mengolah sampahnya, teman-teman bisa hubungi Zerolim dengan download aplikasi Zerolim di Play Store atau App Store,” kata Fadli. (nad)