KANAL24, Malang – Presiden Jokowi meminta jajarannya untuk membuat roadmap produksi dan hilirisasi sorgum hingga tahun 2024. Hal ini sebagai alternatif kemandirian pangan selain gandum. Ditambah untuk menekan ketergantungan pada impor gandum.
Negara pengekspor gandum mulai menerapkan kebijakan pelarangan ekspor komoditi itu. Hal ini membuat negara eksportir kewalahan, salah satunya Indonesia. Di Indonesia sendiri, kondisi iklimnya tidak memungkinkan untuk ditanami komoditas gandum. Perlu adanya substitusi gandum berupa sorgum.
Sorgum diyakini sebagai komoditas pengganti tanaman lain, seperti jagung dan gandum. Sorgum dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan pakan ternak dan juga bahan bioetanol. Mengingat harga gandum dunia yang tak menentu, sorgum dianggap esensial untuk menggantikannya.
Negara lain, khususnya Asia Selatan dan Afrika Sub-sahara, sorgum sudah menjadi makanan pokok di sana. Kandungan serat di dalamnya sangat bermanfaat untuk tubuh. Selain serat, protein di dalamnya hampir setara dengan jagung. Protein pada sorgum sebesar 10,11 persen sedangkan jagung sebesar 11,02 persen.
Hal yang membedakan sorgum dengan gandum ialah kandungan gluten di dalamnya. Sorgum tidak mengandung gluten, sedangkan gandum mengandung gluten yang tinggi. Gluten tersebut membuat tekstur makanan menjadi elastis, seperti mie dan roti.
Kementrian Kesehatan mencatat kandungan di dalam sorgum meliputi protein, kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin B1. Kandungan gizi di dalamnya melebihi beras. Alternatif ini juga dikenal gluten free, cocok menjadi makanan bagi penyandang diabetes.
Di Indonesia, Kementrian Pertanian, Kementrian Lingkungan Hidup, dan Kemenkop Perekonomian berkoordinasi untuk mengembangkan alternatif makanan pokok ini. Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat menjadi pilot project/ tujuan pemerintah untuk pusat budidaya tanaman ini.
Hingga Juli 2022, terdapat 4.355 hektare (ha) lahan sorgum yang tersebar di enam provinsi. Jumlah produksinya mencapai 15.243 ton atau 3,63 ton per hektare (ha).
Data Kementrian Pertanian menggambarkan bahwa baru ada empat perusahaan sorgum di sektor hulu. Semua masih berstatus Industri berskala kecil dan menengah. Tersebar di Mataram, Sumba Timur, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Total kapasitas produksi sebesar 9.700 ton per tahun.
Di sektor hilir, terdapat delapan industri pengolahan sorgum. Perusahaan itu memproduksi tepung sorgum, nektar, gula, beras sorgum, kue, dan biskuit. Rencananya, pada tahun 2023, pemerintah akan dibuka laham seluas 115.000 hektare (ha). Selain itu, tahun 2024 akan disiapkan lahan seluas 154.000 hektare (ha).
Pengembangan sorgum dari hulu ke hilir tak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Infrastruktur investasi harus mendukung proyek pangan ini. Hal ini guna memperbesar kapasitas produksi yang ada di dalamnya.
Keseriusan pemerintah untuk mengembangkan sorgum perlu mendapat perhatian banyak pihak. Hal ini guna mencapai kemandirian pangan dan terhindarnya Indonesia dari krisis pangan. Menyetop keran impor beras, gandum, dan kedelai sebagai langkah kongkrit untuk mengembangkan produksi dan hilirisasi sorgum. (raf)