Kanal24, Lumajang – Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Kelompok 75 menggelar kegiatan sosialisasi bertema “Pentingnya Penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk Lingkungan dan Pertanian Berkelanjutan” di Desa Banyuputih Kidul, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang. Kegiatan yang berlangsung pada Minggu (13/7/2025) di aula Balai Desa Banyuputih Kidul ini dihadiri puluhan warga, terutama ibu rumah tangga, yang menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti setiap sesi.
Program ini digagas oleh Erika Stevany Br Hombing, mahasiswa Fakultas Pertanian UB, dengan bimbingan Dosen Pembimbing Lapang, Dr. Jaisy Aghniarahim Putritamara, S.Pt., M.P., serta dukungan dari 12 anggota tim MMD 75.
Baca juga:
Ecoprint dan PlantNet Warnai Edukasi Lingkungan di Lumajang

Permasalahan Sampah Desa
Desa Banyuputih Kidul selama ini menghadapi masalah penumpukan sampah rumah tangga dan pertanian. Minimnya kesadaran warga menyebabkan pembakaran dan pembuangan sampah secara sembarangan masih kerap terjadi, menimbulkan pencemaran lingkungan serta risiko kesehatan. Melihat kondisi tersebut, tim MMD 75 hadir membawa solusi edukatif yang aplikatif.
“Melalui pelatihan ecobrick, warga bisa langsung mempraktikkan cara mengelola sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ibu-ibu juga bisa mengisi waktu luang mereka dengan berkreasi, sekaligus menjaga lingkungan,” jelas Erika Stevany.
Tahapan Kegiatan dan Antusiasme Peserta
Kegiatan dilaksanakan dalam empat tahap: koordinasi awal, penyampaian materi 3R, pelatihan ecobrick dan diskusi, serta evaluasi akhir. Sebanyak 25 warga aktif mengikuti rangkaian kegiatan, mulai dari pre-test, sesi edukasi, hingga praktik membuat ecobrick.
Suasana menjadi hidup ketika peserta diajak mempraktikkan pembuatan ecobrick. Beberapa ibu rumah tangga bahkan secara sukarela menjadi relawan untuk menunjukkan cara memasukkan potongan plastik ke dalam botol hingga padat.
Berdasarkan evaluasi, pemahaman warga meningkat sebesar 0,81 poin—dari rata-rata nilai pre-test 7,33 menjadi 8,14 di post-test. Mayoritas peserta mengaku akan mempraktikkan pembuatan ecobrick di rumah karena prosesnya mudah, ramah lingkungan, dan bahan bakunya tersedia dari limbah plastik sehari-hari.
“Biasanya plastik dibakar atau dibuang di belakang rumah. Sekarang kami tahu bisa dikumpulkan untuk dijadikan bahan bangunan. Anak-anak juga pasti senang ikut membuat,” ujar salah satu peserta.
Baca juga:
Mahasiswa UB Hidupkan Budidaya Lele Galon Hemat Air
Dampak dan Harapan
Program ini tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga menanamkan pola pikir baru dalam pengelolaan sampah. Ecobrick yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bangku, pot tanaman, atau bahan konstruksi ringan, sehingga membuka peluang pemanfaatan kreatif di lingkungan desa.
Selain memberikan manfaat langsung, kegiatan ini turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta poin 15 tentang ekosistem daratan.
Dengan adanya program ini, tim MMD 75 berharap Desa Banyuputih Kidul semakin bersih, sehat, dan produktif, serta menjadi contoh bagi desa lain dalam mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan. (nid)