Kanal24 – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Tindak Lanjut Hasil Rakor Kemenko Perekonomian Terkait Kebijakan Subsidi BBM yang dipantau secara daring di Jakarta (26/8/2022) menyampaikan sebanyak 5,07 Metric Ton (MT) atau 68% konsumsi LPG 3 kilogram (kg) bersubsidi dinikmati oleh rumah tangga mampu atau golongan 60% masyarakat kaya.
Sementara itu, hanya 2,39 juta MT atau 32% konsumsi LPG 3 kg yang dapat dinikmati masyarakat tidak mampu atau setara dengan 40% golongan rumah tangga terbawah.
“Jadi ini relatif sedikit memang dibanding Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, namun salah sasarannya lebih banyak,” ungkap Sri Mulyani.
Kondisi tersebut menurut Sri Mulyani tidak berbeda jauh dengan konsumsi pertamax bersubsidi, dimana 86% konsumsi Pertamax atau setara dengan 4,51 juta kiloliter (kl) dapat dinikmati oleh 60% masyarakat terkaya di Indonesia. Sedangkan kelompok 40% masyarakat terbawah hanya mengonsumsi pertamax sebanyak 760 ribu kl atau 14%.
Adapun Pertamina menanggung selisih harga keekonomian pertamax sebesar Rp17.300 per liter dengan harga jual eceran sebesar Rp12.500 per liter, yakni Rp4.800 per liter atau 27,7% dari harga keekonomiannya.
Berdasarkan hal tersebut, Sri Mulyani menilai subsidi energi senilai Rp502 triliun yang diberikan dan berpotensi meningkat menjadi Rp698 triliun pada tahun ini justru dinikmati mayoritas oleh kelompok menengah atas.
“Kelompok yang paling miskin justru mendapatkan manfaat sangat kecil dari subsidi ini,” tutur Menkeu.