Kanal24 – Dalam beberapa tahun terakhir, pembelian smartphone telah melonjak luar biasa. Sejak tahun 2007 hingga 2021, sekitar 14,5 miliar unit smartphone terjual di seluruh dunia, melampaui jumlah populasi manusia di Bumi. Dari iPhone hingga Xiaomi, berbagai merek berlomba-lomba merilis model baru setiap tahun, bahkan hingga 20 model dalam setahun, demi meraih perhatian konsumen.
Dalam sebuah video, Channel Youtube Satu Persen membahas secara mendalam tentang fenomena ini. Mereka menyoroti bagaimana perusahaan smartphone menggunakan trik marketing dan inovasi yang “berlapis-lapis” agar konsumen terus merasa perlu membeli model terbaru. Mereka memanfaatkan tiga aspek utama: fungsionalitas, penampilan, dan manufaktur.
Pertama, peningkatan fungsional atau fitur sering kali diberikan untuk memperbaiki kelemahan atau menawarkan sesuatu yang baru, seperti kamera yang lebih canggih. Kedua, penampilan fisik juga dibuat lebih menarik, dengan berbagai pilihan warna atau desain baru. Ketiga, peningkatan pada proses manufaktur membuat produksi menjadi lebih efisien, memungkinkan merek untuk merilis HP dalam skala besar dan harga yang lebih kompetitif. Ketiga aspek ini jarang diperbaharui secara serempak dalam satu produk, namun setiap peluncuran pasti menyertakan salah satu dari ketiganya.
Fenomena “Upgrade Rutin” yang Dipertanyakan
Pembahasan dalam video tersebut juga menyoroti bagaimana industri smartphone secara cerdik “membatasi umur” perangkat. Mereka menyarankan konsumen membeli HP baru dibandingkan memperbaiki yang lama, misalnya dengan menanamkan baterai atau komponen lain yang tidak mudah diakses. Selain itu, fitur atau warna baru sering kali dipasarkan sebagai perubahan besar, padahal esensinya tidak jauh berbeda dari model sebelumnya.
Mengapa Konsumen Terus Tergoda?
Selain inovasi pada produk, industri ini juga sangat ahli dalam memanfaatkan psikologi konsumen. Ada beberapa strategi utama yang sering digunakan:
- Beragam Varian: Perusahaan mengeluarkan produk di berbagai segmen harga, dari entry-level hingga flagship, sehingga konsumen memiliki banyak pilihan yang membuat mereka tergoda untuk membeli.
- Produk Mahal & Murah Berdampingan: Menempatkan produk dengan harga terjangkau di sebelah yang mahal menciptakan persepsi “value for money,” seolah produk lebih murah sudah cukup baik jika dibandingkan yang premium.
- Tren & Emosi Konsumen: Merek sering mengaitkan produknya dengan tren terkini dan emosi konsumen, seperti model yang memikat bagi para penggemar konser karena kemampuannya dalam menangkap gambar berkualitas tinggi. Ini menimbulkan hasrat untuk terus mengikuti tren.
Dengan berbagai strategi ini, perusahaan membuat konsumen merasa “harus” mengganti perangkat mereka lebih cepat dari yang diperlukan, meski perubahan signifikan sebenarnya tidak selalu ada. Bahkan, fenomena ini sudah menghasilkan disiplin ilmu baru, yaitu neuro-marketing, untuk memahami bagaimana iklan mempengaruhi otak dan keputusan belanja.
Kapan Sebenarnya Membeli HP Baru itu Worth It?
Channel Satu Persen menyebutkan bahwa ada dua alasan utama yang bisa dibenarkan untuk membeli HP baru: fungsi dan estetika/hobi.
- Fungsi: Bagi mereka yang membutuhkan perangkat untuk tujuan spesifik, seperti fotografer profesional yang membutuhkan kualitas kamera terbaik, atau pekerja yang memerlukan fitur tertentu.
- Estetika/Hobi: Membeli HP baru untuk alasan estetika atau hobi juga dianggap valid, terutama bagi orang yang menyukai teknologi dan mampu memperoleh nilai material dari penggunaan perangkat tersebut.
Sebagai penutup, Channel Satu Persen memberikan pesan yang berbeda kepada konsumen yang mungkin bingung apakah perlu terus mengikuti tren membeli HP baru. Dengan nilai uang yang sama, mereka menyarankan untuk mempertimbangkan investasi. Menggunakan aplikasi investasi yang mudah digunakan seperti Nanovest, misalnya, memungkinkan konsumen berinvestasi di saham perusahaan teknologi yang mereka kagumi.
Akhirnya, pilihan untuk membeli atau menahan diri dari pembelian perangkat baru ada pada konsumen. Memahami bagaimana strategi ini bekerja adalah langkah awal untuk membuat keputusan yang bijaksana di tengah derasnya arus promosi dan inovasi perangkat digital. (nid/van)