Kanal24, Malang – Tahun 2025 menjadi tantangan berat bagi masyarakat Indonesia. Lonjakan inflasi, daya beli yang melemah, dan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat banyak keluarga harus berpikir ulang soal masa depan. Sementara itu, korupsi, ketidakpastian hukum, dan sistem pendidikan yang tertinggal memperburuk situasi ekonomi yang sudah rapuh.
Namun di tengah tekanan, masih ada cara untuk bertahan, bahkan tumbuh. Beberapa strategi keuangan dan peluang kerja baru mulai banyak dilirik masyarakat sebagai jalan keluar dari krisis ini.
Baca juga:
Private: Rempah Lombok Naik Kelas, Jadi Pangan Fungsional Bernilai Ekonomi
Waspadai Jeratan Utang Konsumtif
Salah satu kunci bertahan adalah menghindari jebakan utang konsumtif. Pilihan seperti pay later dan pinjaman online ilegal terlihat praktis di awal, tetapi justru berisiko besar. Ketika pendapatan tidak menentu, utang bisa menjadi beban yang memperparah kondisi keuangan keluarga.
Pengeluaran juga perlu ditinjau ulang. Setiap rupiah sebaiknya dialokasikan dengan cermat. Kebutuhan pokok dan dana darurat menjadi prioritas utama. Gaya hidup konsumtif dan keinginan sesaat sebaiknya ditunda, setidaknya sampai kondisi ekonomi membaik.
Tetap Investasi, Tapi Bijak Memilih
Menyimpan uang saja tidak cukup. Investasi tetap penting, namun pemilihannya perlu hati-hati. Di tengah krisis, investasi berisiko rendah seperti reksadana pasar uang, emas, atau obligasi lebih direkomendasikan daripada instrumen spekulatif yang bisa merugikan.
Selain itu, perlindungan finansial melalui asuransi juga menjadi langkah antisipasi yang disarankan. Produk seperti BCA Life Perlindungan Jiwa Berjangka menawarkan manfaat warisan bagi keluarga ketika risiko tak terduga terjadi. Premi yang terjangkau bisa menjadi perlindungan jangka panjang di masa yang tidak pasti.
Peluang di Gig Economy dan Dunia Digital
Untuk melampaui sekadar bertahan, masyarakat mulai melirik peluang kerja fleksibel di sektor digital. Fenomena gig economy terus berkembang. Mulai dari live streaming, menjual produk digital seperti e-book dan kursus daring, hingga bekerja lepas sebagai freelancer global menjadi sumber penghasilan alternatif yang menjanjikan.
Namun tidak semua orang langsung bisa terjun ke dunia ini. Kesenjangan keterampilan digital masih menjadi tantangan utama. Banyak yang belum familiar dengan kemampuan dasar seperti desain di Canva, penulisan konten, atau penggunaan platform internasional. Padahal keterampilan ini semakin relevan dan dibutuhkan.
Baca juga:
Inisiatif Departemen Biologi UB Membangun Ketangguhan Pesisir di Lombok Utara
Adaptasi Adalah Kekuatan Baru
Mengandalkan pekerjaan konvensional saja kini tidak lagi cukup. Banyak bisnis tradisional mengalami penurunan akibat rendahnya daya beli masyarakat. Maka, mereka yang bisa beradaptasi dan memanfaatkan peluang digital cenderung lebih siap menghadapi kondisi ke depan.
Langkah kecil seperti mengikuti kursus daring, membangun portofolio online, atau membuka usaha dari rumah menjadi awal yang layak dicoba. Kemauan belajar dan disiplin dalam mengelola keuangan menjadi bekal utama. Dalam situasi krisis seperti ini, pilihan ada di tangan setiap individu. Menyerah pada tekanan, atau bertahan dengan cara yang lebih cerdas dan adaptif. (han)