Kanal24, Malang – Badan Pengelola Usaha Universitas Brawijaya (BPU UB) dinilai memiliki potensi besar sebagai “powerhouse” bisnis yang menaungi berbagai unit usaha strategis. Besarnya cakupan bisnis yang dikelola mendorong perlunya penguatan strategi pemasaran dan branding yang lebih terstruktur, terutama dalam menghadapi persaingan digital yang semakin ketat. Hal inilah yang menjadi latar belakang penguatan materi strategi marketing dan branding dalam rangkaian kegiatan pengembangan kapasitas unit usaha BPU UB.
Pemateri utama kegiatan “Workshop Pengantar Digital Marketing, Strategi Branding Dasar Copywriting dan Storytelling untuk Unit Bisnis Badan Pengelola Usaha” pada Selasa (09/12/2025), Brillyanes Sanawiri, SAB., MBA., PhD, Dosen FIA, menekankan pentingnya optimalisasi media sosial yang sebenarnya sudah dimiliki oleh masing-masing unit usaha. Menurutnya, banyak potensi yang dapat dimaksimalkan jika setiap unit mampu menyusun strategi komunikasi yang terarah dan berbasis tujuan bisnis yang jelas. Sesi ini berfokus pada teori dan uga menghadirkan diskusi terbuka mengenai praktik yang telah dijalankan, termasuk evaluasi terhadap kampanye yang sudah berjalan.
Baca juga:
Konser Padi Semarakkan Dies Natalis UB ke-63

Dalam pemaparannya, Brillyanes menjelaskan bahwa langkah awal yang tidak boleh diabaikan oleh setiap unit usaha adalah memahami dengan benar tujuan bisnis (goals of the business). Dengan memahami tujuan utama, unit usaha dapat menyusun strategi yang tepat sasaran dan menghindari kampanye yang tidak terarah. Setelah itu, unit usaha perlu merumuskan value proposition yang kuat, yakni nilai unik yang membedakan layanan mereka dari kompetitor dan memberikan alasan kuat bagi pelanggan untuk memilih produk atau layanan tersebut.
Ia juga memperkenalkan penggunaan Framework AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) sebagai pendekatan strategis untuk meningkatkan keterlibatan audiens hingga mendorong terjadinya konversi bisnis. Dengan pendekatan ini, media sosial menjadi etalase informasi dan instrumen strategis untuk membangun hubungan dan kepercayaan pelanggan.
Brillyanes turut menyoroti beberapa unit yang dinilai telah memiliki performa baik dalam pengelolaan media sosial, seperti rumah sakit umum daerah dan rumah sakit gigi dan mulut, yang telah aktif menampilkan capaian dan keunggulan layanan mereka. Namun demikian, ia menilai masih banyak unit usaha lain yang berpotensi mengikuti jejak tersebut dengan mengadopsi kerangka kerja yang sama, serta belajar dari keberhasilan unit-unit yang telah lebih dulu maju.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa indikator keberhasilan kampanye digital tidak hanya diukur dari jumlah like, share, atau konten yang viral. Menurutnya, diperlukan indikator yang lebih komprehensif, seperti tingkat konversi, loyalitas pelanggan, hingga dampak terhadap pertumbuhan bisnis unit. Dengan pemantauan yang tepat, strategi yang dijalankan dapat terus disempurnakan secara berkelanjutan.
Menutup sesi, Brillyanes menyampaikan harapannya agar seluruh unit usaha di bawah BPU UB mampu memanfaatkan pembelajaran ini untuk memaksimalkan potensi mereka. Ia optimistis, dengan strategi yang lebih terarah dan berbasis data, tahun 2026 dapat menjadi momentum keberhasilan baru bagi BPU UB beserta seluruh unit usaha yang dinaunginya. (nid/tia)
a










