Kanal24, Malang – Isu perlindungan hak buruh di industri fashion kembali diangkat ke permukaan melalui sebuah kampanye kreatif yang melibatkan mahasiswa sebagai penggerak diskusi. Dengan pendekatan interaktif, acara ini berupaya mengingatkan publik kampus bahwa di balik pakaian yang dikenakan sehari-hari terdapat kerja keras buruh yang sering tak terdengar suaranya.
Isu fast fashion dan hak buruh dalam industri tekstil merupakan topik yang semakin jarang dibicarakan di ruang-ruang diskusi mahasiswa. Ketua Pelaksana, Nameera Pramesti Maharani Putri, menjelaskan bahwa banyak mahasiswa kini mulai melupakan sisi buram dari industri yang serba cepat tersebut. “Suara para buruh ini tenggelam. Mereka bekerja di balik layar, tetapi isu tentang hak mereka makin jarang diangkat,” ujarnya.
Baca juga:
Negosiasi: Jurus Wajib Mahasiswa Masa Kini

Kesadaran inilah yang mendorong penyelenggaraan kampanye interaktif bertajuk “BERSOEARA Untuk Hak Buruh yang Layak: Suara Harus Bergerak”, sebuah acara yang dirancang untuk mengemas isu ketenagakerjaan dengan cara lebih menarik dan memungkinkan diskusi dua arah antara pemateri dan mahasiswa.
Acara BERSOEARA 2025 digelar pada Senin (01/12/2025), bertempat di Gazebo Gedung A FISIP Universitas Brawijaya. Kegiatan ini diinisiasi oleh Fakultas Peternakan UB melalui HIMANIKA, Divisi Manajemen Sumber Daya Mahasiswa, dengan menghadirkan pemateri utama dari BEM FISIP UB, Muhammad Dzikriansyah Bima.
Sebagai kampanye interaktif, acara ini mengusung konsep bus interaktif yang memungkinkan para peserta terlibat langsung dalam diskusi santai namun penuh makna. Selain pemaparan materi, kegiatan juga diramaikan oleh penampilan band mahasiswa FISIP sebagai penutup sesi.
Kampanye Interaktif yang Menghidupkan Diskusi
Namaera menegaskan bahwa konsep kampanye dipilih untuk menciptakan ruang diskusi yang hidup dan tidak membosankan.
“Program kerja yang hanya menghadirkan pemateri sudah banyak. Jadi kami hadirkan bus interaktif untuk memancing dua arah dan membuat mahasiswa betul-betul terlibat,” jelasnya.
Melalui pendekatan ini, peserta mendengar dan juga berpendapat, bertanya, dan mengkritisi kondisi buruh di balik rantai produksi fashion yang selama ini luput dari perhatian.
Fokus Isu: Hak Ketenagakerjaan Buruh Fashion
Isu utama yang dibawa tahun ini adalah hak-hak buruh di industri fashion, khususnya dalam lingkungan fast fashion yang dikenal menuntut kecepatan produksi tinggi dengan kondisi kerja yang sering kali tidak ideal.
Pemateri, Muhammad Dzikriansyah Bima, dipilih karena kedekatan bidang kajiannya dengan tema yang diangkat. Ia selama ini turut aktif menyuarakan isu-isu sosial dan ketenagakerjaan di FISIP UB. Dengan menghadirkan perspektif akademis dan aktivis, acara ini memperkuat pemahaman mahasiswa tentang pentingnya berbicara bagi mereka yang tidak punya panggung.
Menghidupkan Kesadaran Kolektif
Menurut Nameera, tujuan utama BERSOEARA adalah menghidupkan kembali kepedulian mahasiswa terhadap isu buruh. Terlebih, mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan yang memiliki peran strategis dalam memperkuat suara kelompok rentan.
“Kalau kita tidak menyuarakan isu mereka, sama saja kita acuh terhadap kondisi buruh yang memproduksi pakaian yang kita pakai setiap hari,” tegasnya.
Acara ini juga bekerja sama dengan beberapa media partner dari lingkungan FISIP untuk memperluas jangkauan kampanye dan menumbuhkan kembali budaya diskusi kritis di kampus.
Kreatif Melalui Musik
Sebagai bentuk apresiasi dan agar suasana tetap hangat, panitia mengundang band mahasiswa FISIP UB untuk menutup rangkaian kegiatan. Musik dipilih sebagai medium yang lebih santai namun tetap mampu membawa pesan sosial di balik keseluruhan acara.
Dengan terselenggaranya BERSOEARA 2025, panitia berharap mahasiswa dapat lebih peka terhadap isu kemanusiaan yang terjadi di sekitar mereka dan tidak melupakan mereka yang bekerja tanpa terlihat. Suara harus terus bergerak—demi buruh, demi keadilan, demi kemanusiaan. (nid/tia)









