Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si
Salah satu ciri dari penduduk surga sebagaimana yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan dalam FirmanNya adalah orang yang selalu memulai harinya untuk berdzikir kepada Allah. sebagaimana Allah Jelaskan di dalam Alquran :
إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَعُيُونٍ . ءَاخِذِينَ مَآ ءَاتَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَبۡلَ ذَٰلِكَ مُحۡسِنِينَ . كَانُواْ قَلِيلٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُونَ .وَبِٱلۡأَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ .
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air, mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik; mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).
(QS Adz-Dzariyat: 15-18).
Dari ayat ini kita mendapatkan gambaran bahwa para ahli Surga itu telah diberikan cirinya oleh Allah selama mereka masih ada di dunia. Ciri-ciri dari calon ahli surga dijelaskan oleh Allah : yang pertama, dia bertakwa kepada Allah. kedua, banyak melakukan amal saleh selama di dunia. Ketiga, dia benar-benar memanfaatkan waktunya di malam hari untuk beribadah kepada Allah. Keempat, di akhir sepertiga malam, dia banyak berdzikir dengan meminta ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Beribadah dan berdzikir di malam hari adalah salah satu tanda daripada orang yang bertaqwa sekaligus menjadi ciri para calon Ahli Surga Selama masih berada di dunia.
Untuk itu jika kita ingin menjadi penduduk surga maka biasakanlah melakukan tindakan amalan-amalan Ahli Surga semenjak semasa di dunia. Karena dengan meniru amalan Ahli Surga berarti kita sedang berupaya mempantaskan diri untuk menjadi bagian daripada mereka kelak.
Bagi para orang-orang Sholih, malam hari adalah waktu yang sangat indah dan tepat untuk bertawajjuh dan taqarrub mendekat kepada Allah, Seraya memperbanyak berdzikir menyebut nama Allah dan menyampaikan keluh kesahnya kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Menolong. Mereka memahami bahwa siang hari adalah tempat beragam masalah, sementara malam hari ini adalah waktu untuk menemukan solusi atas beragam persoalan yang dihadapinya.
Berdzikir di waktu awal hari ibarat berkomunikasi dengan Allah dengan mengulang-ulang harapan, mengulang-ulang keinginan, dengan satu maksud agar Allah mengabulkan harapan dan keinginannya itu. Mengulang-ulang permintaan sesuatu dengan menyebutkan nama Allah Dzat Yang Maha Pemberi adalah bentuk kesungguhan untuk mendapatkan sesuatu itu agar kemudian diberi oleh Allah swt. Berdzikir adalah aktivitas mengulang-ulang sesuatu seraya menyebut nama Allah ibarat seseorang yang sedang mengetuk pintu agar sang pemilik rumah bersedia membukanya. Pemilik segala sesuatu di langit dan bumi adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga dengan berdzikir kita sedang mengetuk pintu Allah agar Dia mencurahkan rahmatNya.
Ciri daripada Ahli Surga adalah di waktu pagi sahur sebelum subuh membiasakan diri dengan banyak berdzikir istighfar kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala istighfar adalah permohonan ampun atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan istighfar ibarat membersihkan noda yang melekat pada diri sehingga seseorang yang membiasakan dzikir istighfar setiap hari sebelum subuh menjelang pagi, ibarat seseorang yang sedang membersihkan wadah agar selanjutnya dapat dipergunakan pada hari itu untuk mewadahi apapun. Dengan wadah yang telah bersih itu, maka seseorang siap untuk menerima segala apapun Rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala pada hari itu. Untuk itu biasakanlah berdzikir istighfar di setiap hari sebelum subuh. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beristighfar setiap harinya 70 hingga 100 kali. Sebagaimana dalam sabdanya :
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Padahal kita tahu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu bersifat Maksum tidak memiliki dosa, namun tetap beristighfar. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah sebagai wujud syukurnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Lalu bagaimana dengan kita yang memiliki Dosa dalam setiap harinya Tidakkah kita membiasakan diri untuk berdifar kepada Allah menghapus dan meminta permohonan ampun atas dosa kesalahan kita ?
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ : يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ».
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai rasulullah, kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.” (HR. Muslim)
Jika bagi Rasulullah saw, dzikir istighfar adalah bentuk rasa syukur beliau, maka bagi kita umatnya, istighfar adalah wujud kesadaran atas segala dosa-dosa yang dilakukan. Dalam sebuah Hadis Qudsi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman
يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim no. 6737)
Dengan beristighfar kita berharap semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, Allah membersihkan diri kita, sehingga siap menerima petunjuk Hidayah Allah, dan menerima banyak Rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala. Rahmat Allah itu bisa berupa diterimanya doa, terwujudnya harapan, dibukakannya Pintu Rezeki, tercapainya cita-cita dan keinginan dan berbagai kebaikan-kebaikan lainnya pada hari itu. Dengan mengistiqomahi dzikir istighfar di setiap awal hari di waktu pagi, sebelum subuh, saat jam sahur, berarti kita sedang mempersiapkan diri untuk menerima banyak rahmat Allah pada hari itu.
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar