KANAL24, Malang – Pertama kalinya,Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UB menggelar konferensi internasional secara virtual. International Conference on Global Resource Conservation (ICGRC) ke 11 sukses dilaksanakan pada 28 Juli 2020 lalu, setelah sebelumnya mengalami penundaan akibat pandemi Covid-19. Konferensi tahunan ini merupakan salah satu dari bagian program Green Campus dibawah Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Prof. Sasmito Djati.
Di tahun ke 11, konferensi yang diketuai oleh Mufidah Afiyanti, Ph.D ini sukses menarik pembicara dan peserta dari tujuh negara, yakni Jepang, Jerman, Korea selatan, Taiwan, Thailand, Libya dan Indonesia. Konferensi yang mangangkat tema “Synergizing Knowledge for Post 2020 Global Biodiversity Framework” ini dihadiri oleh enam keynote speakers, yakni Prof Gereon Elbers (F.H. Aachen, University of Applied Science, Jerman); Prof. Sun-Kee Hong (Mokpo National University, Korea Selatan); Dr. Jarungwit Boonnorat (Rajamangala University of Technology Thanyaburi, Thailand); Prof. Ying-Tzy Jou (National Pingtung University Science and Technology, Taiwan); Prof. Jatna Supriatna (Chairman of Research Center for Climate Change, University of Indonesia, Indonesia) dan Prof Luchman Hakim (Universitas Brawijaya, Indonesia). Sebanyak 125 orang mengikuti konferensi virtual ini. Selanjutnya, prosiding yang didapatkan dari peserta nantinya akan dipublikasi di IOP terindeks Scopus.
“Konferensi virtual menjadi pilihan terbaik kami untuk menjaga diri agar tetap aman dan produktif akibat adanya pandemi dunia (Covid 19). Saya pikir, ada kesadaran yang lebih besar tentang penurunan keanekaragaman hayati selama beberapa dekade terakhir. Beberapa strategi telah direncanakan dan diprakarsai oleh komunitas di seluruh dunia untuk meningkatkan keanekaragaman berkelanjutan bertahun-tahun sebelum tahun 2020,” terang Mufidah.
Namun pada kenyataannya target untuk keanekaragaman hayati masih belum dapat dicapai secara global. Penurunan keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem secara terus-menerus terjadi sebagai akibat aktivitas manusia. Dengan demikian, pengetahuan yang bersinergi untuk kerangka kerja keanekaragaman hayati global pasca 2020 perlu dilakukan. Penelitian ilmiah yang mengarah pada pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik tentang keanekaragaman hayati serta isu-isu lingkungan sangat penting jika kita tidak hanya ingin melindungi lingkungan kita yang rapuh, tetapi juga untuk memastikan itu aman dan sehat untuk generasi sekarang dan masa depan, terutama yang berada di pos 2020.
“Kepentingan komunitas ilmiah internasional jelas. Konferensi ini telah menarik 125 peserta dari beberapa negara. Mata pelajaran mulai dari Keanekaragaman Hayati Pertanian, Ekologi Konservasi, Ilmu Lingkungan, Bahan dan Sumberdaya Berkelanjutan. Saya yakin bahwa topik yang dipilih akan memberi Anda banyak informasi dan banyak peluang untuk diskusi,” imbuhnya.
Sementara itu, sembari membuka konferensi ini, Dekan FMIPA UB Prof. Drs. Adi Susilo mengatakan bahwa konservasi sangat penting bagi bumi.
“Kita harus menjaga bumi kita, untuk generasi berikutnya. Saya berharap, dari makalah yang dipresentasikan ini, semoga lebih banyak kolaborasi yang dapat dimulai atau harus ditindaklanjuti. Juga, dengan melakukan konferensi ini, kita dapat mengomunikasikan penelitian kita, menyelesaikan masalah kita dan memperkuat kolaborasi kita,” tandas Adi. (Meg)