Kanal24, Malang – Prof. Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., Direktur Engineering Research and Innovation Center (ERIC) UGM dalam Seminar Transisi Energi: Perspektif Akademik Menuju Industri Kelistrikan yang Sehat untuk Mendukung Transisi Energi, memaparkan materi terkait tantangan dan peluang dalam meraih transisi energi yang sehat di Indonesia pada Selasa (28/11/2023). Acara ini merupakan acara yang digelar oleh Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya (UB) menggandeng Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Fakultas Teknik (FT) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dalam paparannya, Prof. Tumiran menyampaikan bahwa konsep transisi energi, seperti yang tercantum dalam PP 79 tahun 2014, menetapkan target Indonesia untuk mencapai 23 persen energi terbarukan pada tahun 2050. Saat ini, capaian sebesar 79 persen sudah berjalan, namun masih terdapat tantangan yang perlu diatasi.
Menurut Prof. Tumiran, satu tantangan utama adalah pertumbuhan konsumsi listrik yang hampir stagnan. Ia menekankan bahwa konsumsi listrik tidak hanya menjadi tanggung jawab produsen listrik, tetapi juga terkait dengan sektor industri, terutama industri kecil yang masih belum tumbuh signifikan sesuai dengan skenario yang telah disusun pada waktu penyusunan kebijakan energi nasional.
“Industri kita belum tumbuh secara signifikan seperti yang diskenariokan saat penyusunan kebijakan energi nasional. Oleh karena itu, target transisi energi harus dikejar, tetapi tanpa memberikan beban keuangan yang berlebihan pada negara,” ujar Prof. Tumiran.
Prof. Tumiran menyoroti pentingnya mendorong industri dalam negeri, terutama industri pendukung energi terbarukan seperti industri inverter. Ia menilai bahwa Indonesia masih mengalami ketergantungan pada impor beberapa komponen kunci, seperti inverter, yang seharusnya bisa diproduksi secara mandiri di dalam negeri.
“Kita harus menciptakan industri dalam negeri yang sehat dan mandiri, agar kita tidak terlalu tergantung pada impor. Industri komponen dan peralatan pendukung energi terbarukan harus dibangun di dalam negeri, sehingga kita bisa memastikan bahwa lapangan kerja dan konsumsi kita tetap dalam negeri,” tambah Prof. Tumiran.
Baca juga: FT UB Gelar Seminar Bahas Perspektif Akademik pada Industri Kelistrikan dan Transisi Energi
Prof. Tumiran juga menyoroti pentingnya peran generasi muda, terutama mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Ia menekankan bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk memahami, mendukung, dan mempercepat transisi energi di Indonesia.
Sosialisasi dan seminar seperti ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik kepada generasi muda mengenai peran mereka dalam menciptakan industri kelistrikan yang sehat dan berkelanjutan di masa depan.
Selain itu, seminar ini juga diharapkan menjadi langkah awal dalam mendorong kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor industri untuk menciptakan ekosistem energi terbarukan yang sehat dan mandiri di Indonesia. (nid/skn)