Kanal24, Malang – Ketua Dewan Jamu Indonesia, dr. Daniel Tjen, Sp.S. memaparkan materi terkait jamu sebagai sesuatu yang unggulan dan utama khususnya di bidang kesehatan dalam “Seminar Nasional Jamu dan Sarasehan Pembentukan Dewan Jamu Indonesia Provinsi Jawa Timur” yang digelar Dewan Jamu Indonesia bekerjasama dengan Universitas Brawijaya (UB) di Aula Pascasarjana, lantai 7, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) pada hari Rabu (13/09/2023).
Jamu itu sebagai sesuatu unggulan dan utama, tantangannya adalah bagaimana kita translasikan warisan budaya ini, khususnya di bidang kesehatan,” kata dr. Daniel.
Demi mewujudkan mimpi mewujudkan jamu sebagai sesuatu unggulan dan utama ini, menurut dr. Daniel memerlukan beberapa langkah-langkah, misi, dan visi. Ia menyadari bahwa untuk membangun sesuatu yang besar dan hebat tidak bisa sendiri, oleh karena itu ia mengapresiasi acara ini yang melibatkan UB.
Dewan Jamu Indonesia dan UB harus berkolaborasi dan saling bergandengan begitu juga bersama pemerintah. Menurut dr. Daniel, Bapak Presiden Indonesia juga minum jamu. Ia menceritakan pengalamannya bahwa saat ia masih aktif dengan staf pribadi presiden, ia melihat hidangan di meja bahwa ada minuman jamu. Maka, dengan melibatkan seluruh pihak, dr. Daniel meyakini bahwa Indonesia dapat mewujudkan jamu sebagai minuman unggul dan utama.
Langkah berikutnya yang didapat dilakukan adalah bagaimana pengusaha hotel memberikan welcome drink jamu. Lalu, bagaimana dengan kampus yang juga memperkenalkan minuman lokal, jangan hanya minuman dari luar negeri. Oleh karena itu, untuk menguatkan jamu diperlukan kerjasama dengan pemerintah dan pemerintah harus menunjukkan keberpihakannya.
Selain itu, Indonesia perlu melihat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ke bawah khususnya bagaimana regulasi berpihak ke UMKM dan bagaimana audiensi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). dr. Daniel mencontohkan bahwa di salah satu kota di Jawa, ada permintaan jamu dengan jumlah besar tetapi tidak terjual karena ada kesulitan di BPOM.
“Kita jangan salahkan siapa-siapa tetapi itu adalah PR kita bersama. Bagaimana kita tuntaskan regulasinya, berpihak ke semua,” ujar dr. Daniel.
Langkah berikutnya, dr. Daniel mengatakan bahwa Indonesia harus melakukan harmonisasi dari berbagai stakeholders. Sehingga, mereka dapat berjalan beriringan tangan. Itu adalah tantangan yang harus dihadapi.
Kemudian, harus ada benang merah antara penelitian dengan pihak komersialisasi. Selama ini, menurut dr. Daniel, Indonesia masih terperangkap dalam suatu kotak yang bangga dengan banyaknya penelitian. Tetapi, setelah penelitian itu apa yang dilakukan. Kelemahan yang dihadapi adalah melakukan translasi hasil penelitian ke sektor lain. Oleh karena itu, Dewan Jamu Indonesia menjalin kerjasama dengan Ub agar bisa menjadi pilar untuk riset pusat karena banyaknya penelitian yang ada.
Melalui materi yang disampaikan oleh dr. Daniel Tjen sebagai Ketua Dewan Jamu Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mentranslasikan jamu menjadi minuman yang unggul dan utama serta warisan budaya tak benda Indonesia, maka perlu dilakukan kolaborasi dari seluruh pihak di Indonesia termasuk bersama UB. (nid)