Kanal24, Malang – Pentingnya melestarikan unggas hias endemik Indonesia menjadi topik utama dalam kegiatan Talkshow Sharing Season tentang Perkembangan Ayam Hias yang disampaikan oleh Teguh Wuryanto, Manager Marketing Departemen NCF PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Jawa Timur. Acara yang diinisiasi oleh Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) ini digelar pada Senin (10/11/2025) di Ruang 7 Gedung 5 Fapet UB.
Kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memahami potensi unggas hias dari sisi estetika dan juga nilai ekonomi dan pelestarian genetiknya. Selain itu, acara ini juga menggarisbawahi peran penting perguruan tinggi dalam mendukung keberlanjutan sumber daya hayati Indonesia melalui riset dan edukasi kepada generasi muda.
Pengenalan Unggas Hobi dan Ayam Hias
Dalam paparannya, Teguh Wuryanto menjelaskan tiga materi utama yang dibahas dalam talkshow. Pertama, mengenai pengenalan unggas hobi yang mencakup unggas laga, ayam hias, dan merpati hias. Dunia unggas hobi, menurutnya, memiliki komunitas yang berkembang pesat dan menjadi segmen penting dalam industri peternakan non-konsumsi.
Baca juga:
ICoPAG 2025 Bahas Kolaborasi Global Inovasi Pelayanan Publik

“Unggas hobi seperti ayam hias dan merpati hias dipelihara karena keindahan fisiknya dan juga karena nilai seni dan prestise bagi pemiliknya. Potensi pasar unggas hias ini terus meningkat, baik di dalam negeri maupun luar negeri,” ujarnya.
Teguh menambahkan bahwa tren unggas hias kini mulai berkembang ke arah yang lebih profesional dengan adanya kontes, pameran, dan kegiatan edukatif seperti talkshow ini. Menurutnya, mahasiswa peternakan memiliki peran besar dalam mengembangkan industri unggas hobi karena mereka memahami aspek ilmiah yang menjadi dasar dalam pengembangannya.
Pentingnya Pengetahuan Produk dan Nutrisi Unggas Hias
Materi kedua yang dibahas adalah product knowledge atau pengetahuan tentang pakan unggas hobi. Teguh menekankan bahwa faktor nutrisi menjadi elemen paling penting dalam menjaga kesehatan dan keindahan unggas hias.
“Pemenuhan nutrisi merupakan hal yang menentukan kualitas hidup unggas hias. Ketika kebutuhan gizinya terpenuhi dan tingkat stresnya rendah, maka umur unggas bisa menjadi dua kali lebih panjang dibandingkan di alam liar,” jelasnya.
Sebagai contoh, ia mengungkapkan bahwa Merak Hijau Jawa di alam bebas hanya memiliki usia sekitar enam hingga tujuh tahun, sedangkan di penangkaran dapat hidup hingga dua belas tahun. Perbedaan ini, kata Teguh, disebabkan oleh pemberian nutrisi yang baik dan pengelolaan lingkungan yang nyaman bagi unggas tersebut.
Dalam konteks industri, hal ini juga membuka peluang bisnis bagi mahasiswa dan peternak yang ingin mengembangkan usaha di bidang pakan unggas hias. Menurut Teguh, PT Charoen Pokphand Indonesia berkomitmen mendukung pengembangan pakan unggas yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi unggas hobi melalui riset berkelanjutan.
Pelestarian Genetik dan Habitat Unggas Endemik Indonesia
Selain aspek teknis, Teguh juga menyoroti pentingnya menjaga kemurnian genetik unggas hias endemik Indonesia. Ia menyayangkan bahwa banyak jenis unggas asli Indonesia mulai terdesak oleh masuknya unggas impor, sementara masyarakat kurang menyadari potensi genetik unggas lokal.
“Harapan kami, mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dapat menjadi pelopor pelestarian unggas hias endemik Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan genetik yang luar biasa, dan kita harus memastikan agar tidak punah hanya karena kurangnya perhatian,” tegasnya.
Teguh juga menambahkan bahwa pelestarian adalah menjaga spesies dan juga memperhatikan habitat dan kesejahteraan hewan. Menurutnya, kesejahteraan unggas dapat dilihat dari sejauh mana mereka merasa aman, nyaman, dan bebas mengekspresikan perilaku alaminya. Ketika kondisi tersebut terpenuhi, produktivitas dan ketahanan hidup unggas akan meningkat secara alami.
Mahasiswa sebagai Generasi Pelestari dan Inovator
Melalui kegiatan ini, Fakultas Peternakan UB berupaya menanamkan nilai tanggung jawab ekologis kepada mahasiswa agar mereka menjadi lulusan yang kompeten secara akademik dan juga memiliki kesadaran akan pelestarian sumber daya hayati Indonesia.
Teguh Wuryanto menegaskan bahwa generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam menjaga keberagaman hayati Indonesia, termasuk unggas hias yang menjadi bagian dari warisan alam Nusantara.

“Kalaupun kita memiliki unggas hias impor, tetap harus memperhatikan kesejahteraan dan kelestariannya. Semua makhluk hidup adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga untuk generasi penerus kita,” ujarnya.
Dengan semangat tersebut, ia mengajak mahasiswa UB untuk terus berinovasi, melakukan penelitian, dan mengembangkan model bisnis baru di sektor unggas hias. Melalui riset, penangkaran, dan edukasi publik, mahasiswa dapat berperan aktif dalam memperkuat industri unggas nasional sekaligus melestarikan plasma nutfah unggas endemik Indonesia.
Kegiatan Talkshow Sharing Season tentang Perkembangan Ayam Hias ini menjadi bukti nyata komitmen Fakultas Peternakan UB dalam menjembatani dunia akademik dengan kebutuhan industri dan konservasi. Dari ruang kecil di Gedung 5 UB, semangat pelestarian unggas hias Indonesia terus disuarakan, membawa harapan besar bagi keberlanjutan kekayaan hayati bangsa di masa depan. (nid/dpa)










