KANAL24, Malang – Universitas Brawijaya kembali menambah jumlah professornya, bertempat di Gedung Widyaloka, hari ini (2/10/2019) Prof. Drs. Adi Susilo, M.Si., Ph.D dikukuhkan sebagai professor ke 248 di UB dan ke 18 di FMIPA. Ia dikukuhkan sebagai professor dalam Bidang Ilmu Geofisika, Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Dalam pidatonya, professor yang juga dekan FMIPA tersebut menjelaskan tentang Pemodelan Konduit Lumpur Sidoarjo, Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam. Menurutnya, kemunculan Lumpur Sidoarjo (LUSI) yang sudah berlangsung mulai Mei 2006 sampai saat ini, menimbulkan berbagai permasalahan sosial dan scientifik.
“Saya tidak akan membahas permasalahan sosial, namun lebih kearah scientific. Terdapat 3 pendapat tentang terjadinya semburan ini. Pendapat pertama menyatakan terjadinya semburan LUSI dipicu oleh gempa bumi tanggal 27/5/2006 di Yogyakarta, pendapat ke-2 pemicunya adalah kegiatan pengeboran dalam rangka eksplorasi migas di Sumur Banjarpanji 1 oleh PT. Lapindo Brantas Inc. Lokasi pengeboran berjarak ±150 m dari pusat semburan LUSI. Sementara pendapat ke-3 menyebutkan pemicu terjadinya semburan lumpur tersebut adalah kombinasi keduanya,” terangnya.
Dari penelitian Geomagnetik dan Magnetotelluric, didapatkan bahwa conduit (saluran) keluarnya lumpur panas ternyata tidaklah lurus. Ada pembelokan pada kedalaman di bawah 1000 meter sampai 2500 meter, terdapat pembelokan kea rah timur dari yang Nampak di permukaan. Sedangkan dari permukaan sampai 1000 meter, saluran masih lurus.
Lebih lanjut, berkaitan dengan gempa bumi, dari hasil analisis menggunakan Analisis Probabilistik Seismik Hazard, maka ada tiga kota di Jawa Timur yang rentan terhadap gempa bumi, yaitu Malang, Tulungagung dan Pacitan. Periodisasi gempa diperkirakan 20-30 tahun.
Daerah karst atau kapur, merupakan suatu daerah yang sering terjadi kekeringan, karena hujan sulit untuk bisa di tampung, sementara kalau musim kemarau, air sulit ada di permukaan. Namun ada salah satu keuntungan daerah karst, yaitu adanya sungai bawah permukaan yang cukup besar debitnya.
“Terdapat suatu sumur penduduk, yang di bawahnya dilalui oleh sungai bawah tanah ini, sehingga sumur ini tidak pernah kering. Metode geofisika self potensial dan resistivitas, digunakan untuk melacak sungai bawah permukaan ini, sehingga jika penduduk menggali sumur sesuai dengan alur sungai ini, maka sumur tidak akan pernah kering walaupun musim kemarau,” jelas professor kelahiran Malang itu.
Longsor merupakan salah satu akibat dari bencana hidrometeorologi. Untuk mencari bidang gelincir di daerah yang sudah longsor ataupun potensi untuk terjadinya longsor, maka metode geofisika resistivitas dan data bor digunakan untuk memetakan kemungkinan arah dan volume longsor. Diharapkan, pemerintah dan masyarakat bisa mengantisipasi bencana longsor ini.
“Pada sisi lain, metode geofisika ini juga digunakan untuk eksplorasi sumber daya alam, mulai dari mencari air tanah dan mencari sulfide logam. Eksplorasi ini, disamping untuk mitigasi bencana kekeringan, bisa juga untuk mencari mineral-mineral logam yang prospek secara ekonomi,”pungkasnya. (meg)