Kanal 24 — Dalam hidup, cinta sering kali diibaratkan sebagai tempat pulang—sebuah rumah yang nyaman dan hangat. Namun, bagaimana jika rumah itu ternyata bukan untuk kita? Buku Ternyata Bukan Kamu Rumahnya hadir sebagai jawaban untuk mereka yang tengah belajar melepas dan berdamai dengan perpisahan.
Ditulis oleh pemilik akun Instagram @selesaiindong, buku ini merupakan kumpulan kata-kata penuh makna yang merekam perjalanan emosional seseorang setelah sebuah hubungan kandas. Tidak hanya sekadar curahan hati, Ternyata Bukan Kamu Rumahnya menjadi medium refleksi dan pengingat bahwa tak semua cinta harus berujung memiliki.
Baca juga:
Tiga Museum Edukatif Wajib Kunjungi di Malang

Buku Patah Hati yang Menguatkan
Lewat tiga bagian utama—fase setelah putus, luka yang disimpan sendiri, hingga tahap move on—buku ini membimbing pembacanya melewati liku-liku emosi yang begitu manusiawi: kecewa, berharap, hingga akhirnya merelakan.
Dengan gaya bahasa yang ringan dan akrab, penulis menyajikan narasi seperti sedang berbicara langsung dengan sahabat. Setiap halaman ibarat pelukan hangat bagi mereka yang sedang tersesat dalam rasa kehilangan. Kata-katanya jujur, kadang menyakitkan, tapi selalu menenangkan.
“Kamu bisa menemukan dirimu kembali saat semua rasa itu kamu terima, bukan kamu abaikan,” begitu kira-kira pesan utama yang hendak disampaikan buku ini.
Makna Simbolis dan Desain yang Berbicara
Tak hanya isi yang menyentuh, desain cover Ternyata Bukan Kamu Rumahnya pun sarat makna. Sebuah gagang pintu dengan tag menggantung bertuliskan judul buku menjadi metafora kuat: ada batasan yang perlu kita bangun demi mencintai diri sendiri lebih dulu. Warna merah mendominasi—simbol dari keberanian menghadapi luka dan semangat untuk bangkit.
Tag tersebut mengingatkan kita pada tanda “Do Not Disturb” di kamar hotel, tapi di sini berubah menjadi pengingat: seseorang yang dulu kita panggil ‘rumah’ mungkin memang bukan tempat kita kembali.
Untuk Siapa Buku Ini Ditujukan?
Buku ini bukan untuk semua orang. Ia ditulis secara spesifik untuk mereka yang sedang berada dalam masa pemulihan setelah putus cinta. Bagi mereka yang saat ini baik-baik saja, mungkin buku ini terasa klise. Namun, bagi yang sedang terluka, setiap kalimatnya bisa menjadi pelipur lara.
Dalam bagian kelebihan dan kekurangan, buku ini disebut cocok untuk:
- Pembaca yang sedang berproses dari kehilangan
- Mereka yang butuh afirmasi dan kekuatan dari tulisan sederhana namun mengena
- Pencinta karya tulis reflektif dan personal
Namun, buku ini tidak disarankan bagi pembaca yang mengharapkan narasi panjang ala novel atau tulisan bernada ilmiah. Formatnya yang berupa kumpulan kata-kata reflektif membuat buku ini lebih pas dinikmati secara perlahan, tidak sekaligus habis.
Buku yang Hadir dari Media Sosial
Fenomena menarik lainnya dari Ternyata Bukan Kamu Rumahnya adalah asal-usulnya. Buku ini lahir dari Instagram, tempat penulis sebelumnya aktif membagikan kutipan-kutipan yang menyentuh hati. Popularitas akun @selesaiindong yang kini memiliki ribuan pengikut menjadi bukti bahwa banyak orang merasa terhubung dengan untaian katanya.
Akhirnya, kumpulan kalimat tersebut dibukukan agar bisa lebih dekat dengan pembaca dan menjadi teman yang tak hanya hadir di layar ponsel, tapi juga dalam genggaman nyata.

Baca juga:
Lukisan Raden Saleh Muncul di Video Musik Terbaru Jin BTS “Don’t Say You Love Me”
Mengubah Perpisahan Menjadi Pertumbuhan
“Tetap menyala walau apinya kecil sekali, tetap berdiri kokoh walau badainya besar sekali.” Kalimat ini menutup salah satu bagian dari buku dengan kesan mendalam. Perpisahan bukan akhir, tapi awal dari penyembuhan dan pertumbuhan.
Untuk kamu yang sedang dalam fase kehilangan, Ternyata Bukan Kamu Rumahnya bisa menjadi sahabat dalam sunyi. Buku ini tidak akan memberi jawaban instan, tapi ia akan menemani—hal yang kadang lebih penting dari nasihat sekalipun.
Buku ini tersedia secara pre-order melalui akun Instagram @selesaiindong dan akan segera hadir di toko buku seperti Gramedia.
Karena, pada akhirnya, bukan tentang siapa yang pergi, tapi tentang siapa yang tetap tinggal—yaitu dirimu sendiri. (hil/nid)