Kanal24, Malang – Krisis air bersih kini menjadi salah satu tantangan terbesar dunia. Data PBB menunjukkan satu dari empat orang tidak memiliki akses air minum layak, sementara dua pertiga populasi dunia mengalami kekurangan air setidaknya sekali dalam setahun. Situasi ini menjadi latar penting penyelenggaraan The 6th International Conference on Water Resources Development and Environmental Protection (ICWRDEP 2025) yang digelar Departemen Teknik Pengairan Universitas Brawijaya (UB), 27–28 September 2025.
Konferensi dua tahunan ini mempertemukan delegasi dari tujuh negara yakni Indonesia, Australia, Selandia Baru, Thailand, Malaysia, Belanda, dan Jepang. Tahun ini, panitia mencatat 103 abstract submissions, dengan 72 penulis yang mempresentasikan karya dalam sesi tematik. Selain itu, ada 71 full paper submissions yang disiapkan untuk prosiding, sehingga memperkaya pembahasan dengan metode, studi kasus, hingga rekomendasi kebijakan.

Secara keseluruhan, konferensi ini diikuti sekitar 250 peserta, mulai dari peneliti, mahasiswa, praktisi, hingga pembuat kebijakan. Forum ini diharapkan melahirkan gagasan untuk pengelolaan sumber daya air yang lebih berkelanjutan sekaligus mendukung target Sustainable Development Goals (SDGs).
Rektor UB: Air Bukan Sekadar Sumber Daya
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc, dalam sambutannya menegaskan bahwa air harus dipandang sebagai fondasi kehidupan.
“Air bukan hanya sumber daya, melainkan kehidupan itu sendiri. Namun hari ini air menghadapi tantangan serius. Seperempat penduduk dunia tidak memiliki akses air minum layak, dan hampir dua pertiga populasi global mengalami kekurangan air. Ini bukan sekadar angka, tetapi masalah nyata yang perlu segera ditangani,” kata Prof. Widodo.

Ia menambahkan, universitas memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan solusi strategis. UB, menurutnya, berkomitmen pada riset yang menyentuh kebutuhan masyarakat, mulai dari kualitas air, pengendalian pencemaran sungai, manajemen irigasi, hingga penanganan banjir dengan dukungan teknologi.
“Universitas Brawijaya bekerja sama dengan pemerintah, industri, dan institusi internasional agar penelitian bisa dihubungkan langsung dengan persoalan yang ada di masyarakat,” ujarnya.
Dimensi Baru Masalah Air di Era Digital
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Andi Kurniawan, M.Eng., D.Sc., menyoroti dimensi baru masalah air seiring berkembangnya teknologi digital.
“Kalau sebelumnya air bersih diperebutkan untuk kehidupan manusia dan pertanian, sekarang teknologi digital juga menggunakannya untuk mendinginkan server. Ini menandai munculnya tantangan baru yang harus segera dicari solusinya,” jelas Prof. Andi.

Ia menilai persoalan air tidak mungkin diselesaikan hanya pada level lokal. Meski akar masalah berada di tiap daerah, pendekatan global tetap diperlukan.
“Konferensi ini tepat untuk membangun kesadaran global, sekaligus mendorong aksi nyata di level lokal. Dari lokal untuk global,” tambahnya.
Agenda Utama ICWRDEP 2025
ICWRDEP 2025 mengangkat enam topik besar, yakni rekayasa sungai, rekayasa lingkungan dan sanitasi, manajemen sumber daya air, pengelolaan pesisir, pengurangan risiko bencana terkait air, serta rekayasa sipil dan arsitektur yang berhubungan dengan air.
Konferensi ini juga melibatkan pemangku kepentingan di luar kampus, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Perum Jasa Tirta I, Global Water Partnership South East Asia, hingga dukungan sponsor strategis dari berbagai perusahaan dan lembaga.
“Masalah air adalah masalah kompleks yang harus diselesaikan lintas disiplin. Karena itu, kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci,” kata Prof. Andi.
Prof. Widodo berharap hasil konferensi ini dapat menjadi pijakan kebijakan maupun inovasi teknologi. “Pengetahuan yang dibagikan di forum ini harus bisa menginspirasi aksi nyata, memperkuat kerja sama, dan membuka jalan baru untuk mengatasi tantangan air,” tegasnya.
Hasil konferensi ini direncanakan akan dipublikasikan dan dapat diakses luas sebagai bagian dari upaya memperkuat dampak akademik dan implementasi kebijakan terkait pengelolaan sumber daya air dan lingkungan.(Din)