Kanal24, Malang – Siapa yang layak memimpin FISIP UB lima tahun ke depan? Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) kini tengah bersiap menghadapi babak penting dalam perjalanannya. Di tengah arus perubahan dunia akademik yang semakin dinamis, fakultas ini membutuhkan sosok pemimpin yang mampu menjadi nahkoda handal—yang mampu membawa kapal besar FISIP UB berlayar jauh ke samudra pencapaian yang lebih luas.
Senin (5/5/2025), tiga bakal calon dekan tampil memaparkan visi, misi, serta program kerja mereka dalam forum terbuka. Dr. rer. pol. Muhammad Faishal Aminuddin, Dr. Ahmad Imron Rozuli, dan Prof. Dr. Anang Sujoko, menyampaikan pandangan strategis untuk menakhodai FISIP UB dalam periode kepemimpinan 2025–2030. Masing-masing membawa arah pandang berbeda, namun berpijak pada satu komitmen yang sama: membawa fakultas menuju masa depan yang unggul, inklusif, dan berdaya saing global.
Baca juga : Ketua SAF Inginkan Bacadek Bawa Fisip Unggul Berstandar Internasional
Dr. Muhammad Faishal Aminuddin: Epicenter of Love for Society
Dalam pemaparannya, Dr. Faishal menyampaikan visi untuk menjadikan FISIP UB sebagai episentrum pengembangan ilmu sosial dan politik yang berlandaskan nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan. Ia menekankan bahwa kampus harus menjadi tempat yang membahagiakan bagi seluruh penghuninya.
“Kampus adalah tempat produksi dan transfer pengetahuan. Orang-orang di dalamnya harus dibuat bahagia,” ujarnya.
Untuk mewujudkan visinya, Faishal menyusun program kerja yang berfokus pada empat bidang utama: manajerial, infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), dan tridarma perguruan tinggi. Ia menyoroti pentingnya reformasi manajerial berbasis meritokrasi, dengan tata kelola keuangan yang transparan serta penataan struktur organisasi yang efisien. Dalam bidang infrastruktur, ia berkomitmen membangun lingkungan kampus yang ramah difabel, memperluas ruang hijau hingga 30 persen, serta memaksimalkan pemanfaatan dana luar untuk pembangunan fisik.
Penguatan SDM menjadi prioritas dengan perbaikan sistem rekrutmen dosen yang adil, percepatan jenjang karier akademik, dan peningkatan kapasitas tenaga kependidikan melalui pelatihan berkelanjutan. Di sisi tridarma, Faishal mendorong riset-riset kolaboratif lintas disiplin dan sektor, perbaikan kurikulum berbasis dunia kerja, serta dukungan konkret bagi dosen untuk terlibat dalam kegiatan internasional dan advokasi sosial.

Dr. Ahmad Imron Rozuli: Membangun Fakultas yang Sehat dan Tangguh
Dr. Ahmad Imron Rozuli menyampaikan visi membangun FISIP sebagai fakultas yang sehat dan tangguh, baik dari sisi kelembagaan, akademik, maupun sumber daya manusianya. Ia mengedepankan prinsip kepemimpinan yang melayani, partisipatif, dan solutif.
“Tugas dekan bukan hanya manajerial, tetapi juga kepemimpinan yang membangun kepercayaan,” tegasnya dalam paparan.
Program kerja yang diajukan oleh Dr. Imron diarahkan untuk memperkuat kelembagaan melalui perbaikan tata kelola berbasis transparansi dan akuntabilitas. Ia menekankan bahwa struktur kelembagaan harus mendukung kolaborasi antardepartemen serta memberikan ruang yang sehat bagi pengembangan inovasi akademik.
Dalam bidang penguatan akademik, ia mengusulkan reformasi kurikulum berbasis kompetensi dan kebermanfaatan, memperluas jejaring penelitian interdisipliner, serta mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam pengembangan keilmuan dan pengabdian masyarakat. SDM juga menjadi titik fokus dengan penguatan etika kerja, pendampingan karier dosen muda, serta perlindungan hak-hak tenaga kependidikan.
Prof. Anang Sujoko: Akselerasi Digitalisasi dan Internasionalisasi
Sebagai kandidat dengan pengalaman panjang dalam kepemimpinan struktural, Prof. Anang Sujoko mengangkat visi membangun FISIP UB yang unggul, inklusif, dan bereputasi internasional. Ia memulai dengan menyatakan pentingnya mengelola perubahan sebagai sebuah keniscayaan dalam dunia pendidikan.
“Perubahan tidak bisa dihindari. Tugas kita adalah mengelola perubahan agar membawa manfaat bagi semua,” ujarnya.
Program kerja Prof. Anang menekankan akselerasi digitalisasi sebagai fondasi manajerial dan akademik. Ia menyebutkan bahwa sistem pelayanan fakultas harus berbasis data yang real-time dan terintegrasi, guna memastikan akurasi dan efisiensi dalam pengambilan keputusan. Di samping itu, ia berkomitmen menghadirkan sejumlah “quick wins” seperti perbaikan pelayanan administrasi, peningkatan sistem informasi akademik, serta penguatan komunikasi internal dan eksternal fakultas.
Internasionalisasi menjadi bagian penting dari visinya, dengan perluasan kerja sama akademik lintas negara, penguatan reputasi jurnal internasional, serta dukungan mobilitas mahasiswa dan dosen ke luar negeri. Di tingkat lokal, ia juga mendorong kemitraan dengan lembaga pemerintahan dan masyarakat untuk membumikan hasil riset agar berdampak nyata.
Ketiga calon menyuguhkan pendekatan berbeda, namun dengan satu tujuan: menjadikan FISIP UB sebagai lembaga pendidikan tinggi yang lebih inklusif, berintegritas, dan mampu menjawab tantangan zaman. Forum ini menjadi langkah awal dalam proses demokratis pemilihan dekan, sekaligus momen refleksi bersama untuk menentukan arah kepemimpinan FISIP UB lima tahun ke depan.(din)