KANAL24, Semarang – Festival Tari Jawa Tengah yang diselenggarakan Sabtu (31/8/2019) di Wisma Perdamaian Semarang menobatkan tiga juara sekaligus. Sanggar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Temanggung, sanggar tari Prabasena dari Klaten dan sanggar tari Semarak Candra Kirana dari Surakarta.
Mereka berhasil menampilkan koreografi perpaduan gerak tradisi dan kontemporer. Untuk sanggar Dibudpar Temanggung menampilkan tarian berjudul Konceran. Sanggar tari Prabasena menampilkan tarian berjudul Prawiratama. Sementara Semarak Candra Kirana dari Surakarta menyajikan tarian berjudul Tenung.
“Tidak ada juara satu dua maupun tiga. Tapi ada tiga penampil terbaik, yang sekaligus tiga sanggar tersebut jadi juara festival tari ini,” kata Bintang Hanggoro, juri I, yang didampingi dua juri lainnya, Eko Supriyanto dan Sri Rumsari.
Dilansir dari Humasjateng, ada enam nominasi yang diperebutkan dalam festival tersebut. Selain tiga penampil terbaik, ada tiga nominasi lain yakni koreografi terbaik, penata musik terbaik dan penata kostum terbaik. Untuk Koreografer Terbaik diraih oleh tari Konceran Dinbudpar Temanggung. Penata Musik terbaik diraih Semarak Candra Kirana. Sementara untuk Kostum Terbaik diraih sanggar Bangkit Sekar Budaya dari Cilacap. Untuk Koreografer Terbaik berhak memperoleh uang pembinaan Rp 7,5 juta dan penata musik dan penata kostum terbaik masing-masing Rp 5 juta.
Sebagai peraih Koreografer Terbaik, Tari Konceran mengisahkan gerak keprajuritan Temanggung saat gladi olah keprajuritan. Dwi Widodo, koreografer Konceran mengatakan yang jadi ciri khas utama tarian ini adalah menggunakan hand property tombak pendek, kostum srempang dan rambut berkuncir.
“Yang menarik, reportoar olah keprajuritan tersebut dimodifikasi dan dipadu padankan dengan pola lantai dan irama musik yang ritmis. Pada mulanya, secara tradisi Temanggung tari tersebut disebut Tari Koncer,” katanya.
Para juara tersebut, kata Eko Supriyanto, berhasil menampilkan secara matang kreativitas koreografi meski berakar dari tari tradisi. Menurut Eko, ekspresi jiwa muda para peserta khususnya pemenang ditampilkan secara lugas tanpa meninggalkan spirit tradisi yang telah terbangun.
“Jawa Tengah ini kan sangat kaya tarinya. Lengger, tayub, Bedhaya ditambah tari-tarian yang mengusung semangat kedaerahan semua spiritnya tradisi. Di sini, tari-tarian itu diolah sedemikian rupa tanpa meninggalkan spirit awal,” katanya.
Meski secara konsep koreografi cukup bagus, Eko mengatakan masih ada koreografer yang terjebak pada sisi teknis. Misalnya, memaksakan gerak yang tidak semestinya pada penari. Hak tersebut menurutnya terlalu memaksakan kehendak, apalagi banyak penari anak-anak dan pemula.
“Itu karena semangat berkarya tidak diimbangi dengan riset yang cukup. Ini sebenarnya pekerjaan rumah yang sangat besar bagi seniman manapun, termasuk seniman tari,” katanya.(sdk)