Kanal24 – Kesetaraan gender masih menjadi topik yang sangat relevan di masyarakat kita saat ini. Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, kesenjangan upah gender dan patriarki masih kerap menjadi masalah yang mengancam kesejahteraan perempuan di berbagai belahan dunia. Menjadi perempuan berarti menghadapi berbagai kompleksitas yang sering kali sulit diidentifikasi dan ditangani. Salah satu cara untuk memahami lebih dalam tentang perjalanan hidup perempuan adalah melalui sastra. Berikut ini adalah tiga novel yang mengangkat tema perjuangan perempuan dengan sangat mendalam dan penuh emosi.
1. Cantik Itu Luka oleh Eka Kurniawan
Novel ini berpusat pada tokoh Dewi Ayu, seorang wanita cantik yang menjadi pelacur pada masa kolonial. Meskipun kecantikan Ayu Dewi menjadi daya tarik, ia juga membawa banyak luka—baik untuk dirinya sendiri maupun keempat anaknya. Melalui alur maju-mundur yang rumit, Eka Kurniawan menggambarkan dengan mendalam bagaimana kecantikan dapat menjadi kutukan, mengungkap penderitaan dan dampak dari pilihan hidup Dewi Ayu. Pembaca akan dibawa dalam perjalanan emosional yang mengungkapkan realitas keras di balik kecantikan yang glamor.
2. Perempuan di Titik Nol oleh Nawal El Saadawi
Kisah dalam novel ini menggambarkan penderitaan Firdaus, seorang wanita Mesir yang harus menghadapi budaya patriarki yang menindas. Sejak kecil, Firdaus hidup di bawah tekanan budaya yang membatasi perannya sebagai perempuan. Ketika dewasa, ia terpaksa bekerja sebagai pekerja seks komersial dan akhirnya menghadapi hukuman mati setelah membunuh seorang germo yang telah menyiksanya. Nawal El Saadawi menyuguhkan narasi yang mengungkap kekerasan dan ketidakadilan yang dialami Firdaus dalam masyarakat patriarki, memberikan pandangan yang mendalam tentang perjuangan perempuan di lingkungan yang keras.
3. Lebih Senyap dari Bisikan oleh Andina Dwifatma
Dalam novel ini, Andina Dwifatma menyajikan kisah Amara dan Baron, pasangan suami istri yang harus menghadapi tekanan dari lingkungan dan keluarga. Pernikahan mereka tidak disetujui oleh ibu Amara karena perbedaan agama, dan Amara harus menghadapi banyak konflik dan tekanan mental setelah menikah. Karya ini mengeksplorasi perjuangan Amara dalam mempertahankan kebahagiaan dan karirnya, serta bagaimana ia berjuang untuk bertahan di tengah berbagai rintangan emosional dan sosial. Pembaca akan merasakan intensitas perjuangan yang dihadapi Amara melalui penuturan yang mendalam dan penuh empati.
Ketiga novel ini tidak hanya menghadirkan cerita yang mengharukan dan penuh emosi, tetapi juga memberikan pandangan yang mendalam tentang perjuangan perempuan dalam berbagai konteks sosial dan budaya. Membaca kisah-kisah ini dapat membuka wawasan dan empati terhadap pengalaman hidup perempuan yang sering kali diabaikan atau tidak terlihat dalam masyarakat. Selamat membaca! (nid