Kanal24, Banyuwangi – Mengonsumsi kopi dinilai sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kopi lokal Indonesia semakin naik kelas dan mendunia. Salah satu kopi yang berpotensi ialah kopi liberica dan kopi excelsa.
Dua jenis kopi yang tergolong dalam kopi liberoid ini tumbuh subur di lereng Gunung Ijen, Kabupaten Banyuwangi. Tempat tumbuhnya kopi ini tak jauh dari Gunung Ijen, salah satu destinasi wisata terkenal di Banyuwangi. Dalam pengelolaannya, kopi ini dikhususkan untuk wisatawan.
Kopi yang diberdayakan ini ialah kopi liberoid. Pada zaman penjajahan, kopi ini merupakan kopi yang diperkenalkan oleh orang Belanda. Kopi liberica dikenalkan kepada masyarakat untuk menggantikan kopi yang gagal tanam karena disebabkan oleh hama. Kopi Liberoid ini di Banyuwangi meliputi kopi liberica dan kopi excelsa dengan ragam varian yang ada.
Peserta pelatihan sedang mencoba kopi liberoid. (Dok. Tim Peneliti)
Potensialnya kopi liberoid mulai mendapat lirikan dari Akademisi Universitas Brawijaya. Tim dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya beserta stakeholder di Kabupaten Banyuwangi melakukan penelitian dan pelatihan kopi. Dua jenis kopi yang diteliti ialah kopi liberica dan kopi excelsa di area lereng Gunung Ijen. Kegiatan ini juga memberikan edukasi akan kemanfaatan kopi.
Penelitian ini merupakan bagian dari program Matching Fund (MF). Tim penelitian ini dipimpin oeh Prof. Luchman Hakim (Guru besar Jurusan Biologi FMIPA UB). Mereka melakukan serangkaian penelitian mulai dari focus group discussion (FGD), pelatihan, dan sosialisasi. Seluruh stakeholder, mulai dari tokoh masyarakat, petani, sampai pelajar, sangat antusias untuk mengetahui secara lebih jauh tentang kopi liberica ini.
Pada rangkaian FGD, tim peneliti mengambil tema “Pengembangan Industri Kopi Rakyat Berbasis Tata Kelola Pertanian Berkelanjutan, Intervensi Teknologi dan Pengembangan Ekowisata Berbasis Kopi”. Acara FGD ini bertujuan untuk memperkenalkan potensi kopi sebagai tanaman utama perkebunan rakyat Banyuwangi.
“Kegiatan ini sangat strategis untuk memperkuat posisi dan keberlanjutan perkebunan kopi yang terancam akibat perubahan tata guna lahan dan degradasi kualitas kebun kopi rakyat.,” jelas Prof. Luchman selaku ketua tim penelitian. Ia juga menambahkan bahwa kesadaran masyarakat harus dibangun untuk mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan petani.
Kopi Liberoid Banyuwangi yang berpotensi mendunia. (Dok. Tim Peneliti)
Kegiatan penelitian yang dilakukan selama 1 hampir satu pekan, tanggal 24 – 27 September 2022, menghadirkan beberapa pakar yang ahli dalam bidangnya. Beberapa pakar kopi yang hadir, antara lain Ir. Djoko Soemarno (Pusat Penelitian Kopi dan Kokoa), Dr. Mangku Purnomo (Dosen Universitas Brawijaya) dan Emir Yusuf.
Salah satu rangkaian kegiatan tersebut ialah pelatihan kopi untuk masyarakat. Seorang instruktur, Emir Yusuf, memandu acara pelatihan tersebut. Tokoh masyarakat dan petani setempat menjadi pesertanya. Peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk mengenali citarasa kopi lokal setempat.
Seluruh rangkaian kegiatan ini mendapatkan sambutan positif dari masyarakat setempat. Mereka mendukung penuh kegiatan pemberdayaan kopi lokal ini. Mereka mengharapkan bahwa program ini akan terus berkelanjutan, khususnya dengan program yang meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi lokal setempat. Harapan jangka panjang lainnya ialah pembentukan koperasi sebagai oase kebangkitan kopi di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. (raf)