KANAL24, Malang – Virgin Coconut Oil (VCO) adalah salah satu produk turunan yang berasal dari buah kelapa. Dikenal dengan sebutan minyak dara, minyak ini memiliki segudang manfaat untuk tubuh. Kepopuleran minyak VCO melejit setelah isu COVID-19 yang menyebabkan makin banyak orang yang ingin memproduksi minyak ini.
Melimpahnya produksi kelapa di Desa Tumpakkepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar menjadikan desa ini disebut penghasil kelapa terbesar di oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar. Potensi kelapa tersebut menjadi nilai tambah tersendiri untuk mengembangkan unit usaha VCO melalui Gapoktan Sumber Makmur. Namun, limbah sabut kelapa yang dihasilkan hanya ditimbun dan dibiarkan terurai dengan sendirinya oleh kebanyakan orang. Padahal, sabut kelapa bisa dijadikan produk lain yang bermanfaat bagi masyarakat, misalnya fiber dan cocopeat.
Berangkat dari peluang ini, tim dosen yang tergabung dalam program hibah Pengabdian Masyarakat Strategis 1000 Desa LPPM Universitas Brawijaya yang diketuai oleh Prof. Sri Suhartini, STP., M.Env.Mgt. Ph.D. dan beranggotakan Wenny Bekti Sunarharum, STP., M.Food.St., Ph.D., Attabik Mukhammad Amrillah, S.Pi., M.Si, Ika Atsari Dewi, STP. MP., dan Zia ul Rahman Fithron S.Pt., M.B.A. berupaya untuk meningkatkan pemanfaatan buah kelapa yang berkelanjutan dan berbasis pada biorefinery terintegrasi dan zero waste.
Kegiatan diawali dengan dengan sharing session pada tanggal 7 Juli 2023 bersama Gapoktan Sumber Makmur terkait pemanfaatan buah kelapa dan limbah sabut kelapa. “Sejauh ini, kelapa di Desa Tumpakkepuh diolah menjadi VCO, sabutnya ya ditaruh saja di tanah untuk pupuk” ujar salah seorang anggota Gapoktan dalam acara sharring session. “Saya sudah coba membuat produk VCO, cuma yang jadi masalah itu ya di pemisahan minyaknya yang lama” ucap Bapak Suparno. Beliau juga menuturkan bahwa metode pemisahan yang pernah dilakukannya adalah dengan mendiamkan di ruangan gelap selama 24 jam dan disaring menggunakan tisu. Gapoktan juga berharap bahwa VCO yang dihasilkan bisa dikomersilkan bahkan bisa diekspor, “Harapannya sih, bisa sampai ke tahap ekspor VCO”, ujar Muhatir.
Prof. Sri Suhartini, STP., M.Env.Mgt. Ph.D. melirik potensi ini untuk mengembangkan proses produksi VCO yang ramah lingkungan. Potensi yang juga terlihat di Desa Tumpakkepuh menurut Prof. Sri adalah sabut kelapa yang bisa dimanfaatkan menjadi cocopeat. Oleh karena itu, program hibah MMD yang diusung oleh Prof. Sri adalah VCO dan cocopeat. Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa limbah pertanian seperti sabut kelapa bisa dikembalikan lagi ke alam sebagai pupuk melalui pembuatan media tanam cocopeat.
Oleh karena itu, bersama 14 mahasiswa MMD, Prof. Sri mengubah sabut kelapa menjadi media tanam berupa cocopeat. Prof. Sri menuturkan bahwa, sabut kelapa bisa dimanfaatkan kembali menjadi cocopeat (media tanam) dan fiber. “Cocopeat di Malang itu, harga bisa sampai 10 ribu rupiah bapak ibu”. Prof. Sri juga menambahkan bawa cocopeat dapat memperbaiki struktur dan unsur hara yang ada di tanah. Pelatihan pembuatan cocopear dilaksanakan pada 24 Juli 2023 menggunakan alat pencacah sabut kelapa. Pelatihan dimulai dengan penyampaian materi dan demo pembuatan cocopeat oleh Prof. Sri dan tim (Novita Ainur Rohma, ST. MT dan Andhika Putra Agus Pratama, ST). Prof Sri menambahkan, bahan pendukung yang digunakan untuik pembuatan cocopeat adalah air bersih, molase, dan EM4. Gapoktan sangat antusias dengan adanya pelatihan ini, terlihat dari 3 karung sabut kelapa yang dikumpulkan untuk bahan cocopeat. Walaupun mesin sempat mengalami kendala, bapak-bapak di Gapoktan dan mahasiswa MMD dengan sigap membantu memperbaikinya. Penggilingan sabut dilakukan oleh Gapoktan dan dibantu oleh mahasiswa MMD. Cocopeat yang terkumpul dimasukkan ke drum dan direndam dengan air untuk menghilangkan tanin. Proses perendaman dilakukan selama 72 jam, dengan setiap 24 jam dilakukan pergantian air. Cocopeat yang telah bersih dari tanin kemudian ditambahkan 5% molase dan EM4 untuk fermentasi selama 14 hari dalam keadaan drum tertutup. Setelah selesai fermentasi, cocopeat dijemur hingga kering, dan siap digunakan. Target utama dari pembuatan cocopeat adalah untuk perkebunan warga sehingga mampu memenuhi unsur sustainable agriculture, serta mendapatkan tambahan pendapatan bagi Gapoktan di Desa Tumpakkepuh .
Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan proses produksi VCO, tim dosen hibah MMD juga mengundang Bapak Dr. Dodik Pranowo, STP., M.Si. dan tim, yang memiliki kompetensi di bidang oleokimia dan rekayasa proses untuk melatih Gapoktan Sumber Makmur. Pelatihan tersebut berlangsung pada Jumat, 18 Agustus 2023 dan disambut antusias oleh Gapoktan Sumber Makmur. “Saya tidak kesini untuk membantu bapak-bapak membuat VCO saja, kalau untuk membuat VCO, saya kira bapak dan ibu disini lebih ahli dari saya. Jadi harapannya setelah ini bapak ibu juga bisa mengembangkan unit usaha VCO disini” kata Dr. Dodik. Beliau juga menambahkan “ilmu minyak itu adalah suhu, bisa dipanaskan atau didinginkan. Minyak VCO karena tidak boleh terkena panas, maka kita bisa pakai metode pendinginan dengan freezer”.
Gapoktan juga turut dilatih dalam pembuatan VCO oleh tim Dr. Dodik, yaitu Agus dan Rifani. Pelatihan dimulai dengan membuat santan dengan perbandingan 1:2 (kelapa:air) dan diperas-peras selama kurang lebih 5-10 menit lalu dipisahkan santannya. Dua orang ibu dari Gapoktan turut membantu dalam pembuatan santan. Saat pelatihan, tim juga telah menyiapkan bakal minyak VCO yang telah melalui proses pendingingan dengan freezer, sehingga bisa lebih memberikan gambaran pada Gapoktan. Proses penyaringan minyak dilakukan oleh Gapoktan dengan bakal minyak VCO yang telah disediakan oleh tim pelatihan. Gapoktan Sumber Makmur terlihat antusias dan memahami tentang kegiatan pelatihan. Bapak Soimin menuturkan “Kita bisa paham karena pelatihnya enak pas menjelaskan,”.(sdk)