Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya terus memperkuat identitas keilmuannya melalui penyelenggaraan Sayembara Desain Toga bertajuk Brawijaya Arka Widya: Merajut Wibawa Masa Lampau, Menyinari Masa Depan. Acara ini digelar sebagai upaya memperbarui desain toga wisuda agar lebih mencerminkan nilai, sejarah, dan karakter ke-Brawijayaan. Dengan latar semangat membumikan filosofi Majapahit sebagai akar historis UB, proses seleksi dilakukan ketat hingga terpilih 10 finalis yang kemudian mempresentasikan karyanya di hadapan juri dan civitas akademika.
Presentasi 10 Finalis Sayembara Desain Toga Universitas Brawijaya berlangsung pada Kamis (11/12/2025) di Gedung Rektorat Lt. 1 Universitas Brawijaya. Acara ini diselenggarakan langsung oleh UB dengan menghadirkan para desainer dari berbagai daerah. Materi disampaikan oleh tiga narasumber utama, yakni Hikmatul Ula, SH., M.Kn., selaku Kepala ULP sekaligus Ketua Panitia Sayembara; Prof. Iwan Triyuwono, SE., Ak., M.Ec., Ph.D., selaku juri; serta Aditya Putri Kusuma Wardani, salah satu finalis yang berhasil masuk tiga besar.
Baca juga:
Hakordia 2025: UB Perkuat Aksi Nyata Anti Korupsi

Mengapa UB Mengganti Desain Toga
Ketua Panitia, Hikmatul Ula, menjelaskan bahwa penyelenggaraan sayembara ini berangkat dari tekad UB untuk menghadirkan toga dengan makna lebih dalam. Toga lama dianggap belum sepenuhnya menggambarkan nilai-nilai ke-Brawijayaan sehingga diperlukan pembaruan berbasis filosofi Majapahit dan sejarah institusi.
Sayembara diumumkan sebulan sebelumnya dan berhasil menarik banyak peserta. Dari puluhan desain yang masuk, 29 proposal lolos tahap awal dan dikerucutkan menjadi 10 besar untuk dipresentasikan. Presentasi dianggap penting agar juri dan audiens dapat melihat visualisasi desain secara nyata melalui para model yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan.
Dari 10 finalis tersebut, tiga desain terbaik kemudian diserahkan untuk diputuskan oleh Senat Akademik UB sebagai pemegang otoritas penentuan toga resmi yang akan digunakan mulai tahun 2026.

Karakter Ke-Brawijayaan dalam Perspektif Juri
Prof. Iwan Triyuwono menekankan bahwa desain toga harus mampu menampilkan karakter Universitas Brawijaya sebagai institusi yang unik dan berakar pada sejarah Majapahit. Identitas āBrawijayaā yang merupakan gelar raja menjadi dasar penguatan filosofi toga baru.
Menurutnya, UB telah memiliki akar karakter melalui Peraturan Rektor Nomor 108 Tahun 2023 yang menekankan nilai-nilai Ilahi, suci, dan cinta sebagai fondasi utama. Selain itu, karakter kepemimpinan Majapahit seperti tangguh, taktis, visioner, toleran, bijaksana, dan berwibawa juga harus terpantul dalam desain busana akademik tersebut.
Proses sayembara dinilai Prof. Iwan sebagai bentuk pendidikan tersendiri bagi para desainer. Mereka terdorong untuk membaca sejarah Majapahit, mempelajari simbol-simbol Brawijaya, dan menerjemahkan nilai-nilai luhur itu dalam wujud visual yang elegan.
Karya Finalis 3 Besar: Perpaduan Tradisi dan Teknologi
Salah satu finalis tiga besar, Aditya Putri Kusuma Wardani, memaparkan filosofi di balik desain karyanya. Ia mengangkat empat pilar fundamental UB dengan mengambil inspirasi dari arsitektur candi berundak sebagai simbol ketegasan Raja Brawijaya. Siluet toga ditampilkan dengan struktur tiga undakan yang dipadukan dengan kain wiron menjuntai sebagai simbol perjalanan kelulusan.
Warna-warna khas UB seperti biru, merah drama, dan emas Brawijaya digunakan sebagai identitas utama. Aditya juga menggabungkan teknik tekstil tradisional seperti bordir dan sulam dengan teknologi modern seperti laser cutting, engraving, hingga 3D printing untuk menghadirkan artefak kemaharajaan seperti aksesoris Brawijaya, Surya Majapahit, serta medali yang terinspirasi dari relief candi.
Motif utama desainnya mengadaptasi filosofi Asta Brata, delapan sifat alam tentang kepemimpinan, yang kemudian dipadukan dengan motif Padma sebagai simbol kemurnian dan harmoni semesta. Aditya mengerjakan desain tersebut dalam waktu lima hari dan berharap karyanya dapat menjadi identitas baru UB yang menghubungkan kejayaan masa lalu dengan visi masa depan.

Panitia berharap toga yang terpilih nantinya benar-benar merepresentasikan nilai ke-Brawijayaan dan menjadi identitas baru bagi UB. Lebih dari itu, pembaruan toga diharapkan membawa semangat kebangkitan, inovasi, dan kebanggaan bagi seluruh civitas akademika Universitas Brawijaya.
Dengan antusiasme peserta dan kedalaman filosofi desain yang dihadirkan, sayembara ini menjadi momentum penting dalam perjalanan UB memperkuat jati diri sekaligus memantapkan langkah menuju universitas berkelas internasional tanpa kehilangan akar budaya bangsa. (nid/dht)










