KANAL24, Malang – Digitalisasi pertanian mulai digencarkan oleh pemerintah sebagai strategi untuk mendorong produktivitas pertanian, terutama pada masa pandemi Covid-19. Kondisi ini identik era revolusi industry 4.0 melalui pemanfaatan teknologi di sektor pertanian, seperti autonomous tractor, drone sebar benih, hingga e-commerce pertanian.
Namun tingkat pemahaman petani akan penggunaan teknologi untuk pertanian masih belum merata. Hambatan penguasaan teknologi, belum terbiasanya menggunakan teknologi masih menjadi kendala bagi petani.
Berlatar belakang dari permasalahan tersebut, lima mahasiswa dari Fakultas Pertanian yang diketuai oleh Dely Dahlia (Agroekoteknologi 2020) dengan anggota Christabel Putik Blessya (Agroekoteknologi 2018), Sekar Agatha Wulansari (Agribisnis 2019), Zulfikar Dabby Anwar (Agribisnis 2019), dan Aisya Rahma (Agroekoteknologi 2020) di bawah bimbingan Dr. Lilik Wahyuni, M.Pd melakukan penelitian dengan judul “Representasi Literasi Digital Petani Terhadap Digitalisasi Pertanian di Era Pandemi Covid-19 Guna Mendukung Industri 4.0”.
“Sebetulnya penerapan revolusi industri di sektor pertanian dapat mendorong produktivitas dan meminimalisir penggunaan tenaga kerja oleh petani. Hal ini yang kemudian kami teliti untuk mengetahui pemahaman literasi digital petani di malang ” ujar Dely, Rabu (25/8/2021)
Bersama tim nya, Dely turun di Desa Sumberagung, Desa Ngantru, dan Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang serta Desa Pondok Agung, Desa Bayem, dan Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon. Sebanyak 30 informan petani dengan rentang usia 18-60 tahun mereka teliti untuk mengetahui literasi teknologi dalam produksi pertanian.
“Kami mengukur pengetahuan tentang internet, penggunaan internet, penerapan teknologi di budidaya pertanian, penggunaan media e-commerce dalam pemasaran, dan pengetahuan mengenai revolusi industri 4.0 melalui wawancara kepada mereka,” lanjutnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Kecamatan Ngantang telah adaptif terhadap digitalisasi teknologi (khususnya di budidaya pertanian) dan memiliki tingkat literasi digital yang sangat baik, yang dibuktikan dengan penggunaan sensor pH tanah RiTX, green house berbasis IoT, Dan penggunaan TaniHub. Sedangkan di Kecamatan Kasembon juga telah adaptif terhadap digitalisasi pertanian (terutama di bidang pemasaran) serta memiliki tingkat literasi yang cukup baik, yang dibuktikan dengan penggunaan media digital berupa WhatsApp dan Facebook sebagai media pemasaran.
“Dengan kemampuan literasi digital yang baik, para petani melakukan budidaya maupun pemasaran hasil pertanian secara efektif dengan bantuan teknologi digital, sehingga produktivitas pertanian dapat meningkat walaupun di masa pandemi Covid-19”, ujar Dely selaku ketua tim.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tingkat literasi digital dan kesiapan petani dalam menghadapi fenomena digitalisasi pertanian, sehingga dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam penentuan kebijakan di sektor pertanian.
Tim literasi digital petani berhasil memperoleh pendanaan riset dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM RSH) tahun 2021.(sdk)