Kanal24, Malang — Upaya memperkuat literasi geopolitik dan solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina kembali ditegaskan Universitas Brawijaya melalui pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Konflik Israel–Palestina Pasca Pengakuan Internasional atas Kemerdekaan Palestina.”
Kegiatan yang digelar pada Rabu (10/12/2025) ini berlangsung di Ruang Sidang 1 Gedung A Lantai 6 Fakultas Hukum UB, diselenggarakan oleh UB–Palestine Solidarity, dan diikuti secara hybrid oleh sivitas akademika dan masyarakat umum. FGD ini hadir merespons perkembangan global setelah semakin banyak negara menyatakan pengakuan resmi terhadap kedaulatan Palestina.
Baca juga:
Kebuntuan Obamacare Picu Shutdown Berkepanjangan

Forum Akademik untuk Menyatukan Perspektif
Ketua pelaksana, Syahrul Sajidin, S.H., M.H., menyampaikan bahwa FGD ini merupakan bagian dari program kerja divisi hukum UB–Palestine Solidarity yang kini memasuki tahun kedua. Ia menekankan bahwa forum ini digagas untuk menyatukan perspektif antara akademisi, analis hubungan internasional, dan arah kebijakan pemerintah Indonesia.
“Forum ini ingin mensinergikan gagasan dari Brawijaya dengan pembacaan dinamika diplomatik yang lebih luas. Banyak proses di forum internasional yang tidak terekspose di media, dan ruang akademik seperti ini memungkinkan kita mendapatkan gambaran lebih utuh,” ujarnya.
Syahrul berharap pertemuan ini dapat memperkuat kontribusi UB dalam mendukung percepatan perjuangan kedaulatan Palestina serta penyelesaian konflik yang terutama berdampak parah di Gaza.
Kehadiran Narasumber Lintas Bidang
FGD ini menghadirkan tiga narasumber dari berbagai disiplin untuk memperkaya ruang diskusi. Mereka adalah Prof. Dr. Setyo Widagdo, S.H., M.Hum., akademisi hukum internasional; Abdullah S.Sos., M.Hub.Int., dosen Hubungan Internasional FISIP UB; serta perwakilan Kementerian Luar Negeri RI Aloysius Selwas Taborat, S.H., LLM.
Ketiganya memberikan refleksi umum terhadap perkembangan politik, hukum, dan diplomasi internasional terkait isu Palestina, tanpa masuk pada detail teknis dalam forum tersebut. Diskusi berlangsung aktif dengan berbagai tanggapan dari peserta yang hadir secara luring maupun daring.
Wadah Penguatan Solidaritas Kampus
UB–Palestine Solidarity menegaskan bahwa FGD ini bukan hanya agenda akademik, tetapi juga ruang untuk memperkuat kesadaran kolektif di lingkungan kampus mengenai pentingnya keberpihakan terhadap kemanusiaan. Organisasi ini selama dua tahun terakhir aktif mengadakan kajian, kampanye literasi, dan aksi solidaritas terkait isu Palestina.
Menurut Syahrul, UB sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab moral untuk terus membuka ruang diskusi ilmiah yang objektif dan berbasis data. “Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa dan civitas akademika memiliki pemahaman yang benar mengenai perkembangan isu global, terutama yang menyangkut kemanusiaan,” jelasnya.
Harapan Lanjutan dari FGD
Di akhir kegiatan, panitia menyampaikan bahwa hasil diskusi akan dirumuskan sebagai rekomendasi akademik untuk memperkuat kontribusi UB dalam advokasi akademik terkait isu Palestina.
FGD ini juga diharapkan menjadi pijakan awal untuk kegiatan lanjutan berupa kajian tematik, kolaborasi riset, maupun advokasi yang lebih terarah bersama lembaga pemerintah dan jejaring internasional.
Dengan terselenggaranya forum ini, UB menegaskan posisi akademisnya dalam mendorong pemahaman kritis dan sikap solidaritas terhadap perjuangan kedaulatan Palestina di tengah dinamika global yang terus bergerak. (nid/dht)










