Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) mengambil langkah cepat dalam merespons dampak bencana banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dengan mengaktifkan AI Center UB atau yang dikenal dengan Crisis Center UB khusus bagi mahasiswa terdampak. Langkah ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab institusi dalam memastikan mahasiswa tetap mendapatkan perlindungan sosial dan keberlanjutan studi di tengah situasi darurat.
Program Crisis Center ini difokuskan untuk menghimpun data mahasiswa terdampak secara sistematis melalui mekanisme pendataan daring dan verifikasi langsung. Wakil Rektor III Universitas Brawijaya, Dr. Setiawan Noerdajasakti, S.H., M.H., menjelaskan bahwa proses ini dirancang untuk memastikan validitas data sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran.
Baca juga:
Menata Ruang Laut Jawa Timur: Mendesak, Kompleks, dan Menuntut Sinkronisasi Kebijakan
āKami melakukan pendataan secara daring, kemudian melakukan verifikasi melalui wawancara untuk mengetahui secara nyata kondisi yang dialami mahasiswa. Data ini sangat penting sebagai dasar pengambilan kebijakan oleh pimpinan universitas,ā ujarnya.
Hingga tahap awal program berjalan, tercatat lebih dari 150 mahasiswa berasal dari wilayah terdampak telah mengisi formulir pendataan. Para mahasiswa tersebut kemudian diundang untuk mengikuti proses verifikasi yang dilakukan secara terjadwal di lingkungan kampus, di sela pelaksanaan Ujian Akhir Semester.
Proses ini melibatkan berbagai unsur kemahasiswaan. UB menggandeng Eksekutif Mahasiswa (EM UB), Dewan Perwakilan Mahasiswa, serta Forum Mahasiswa Daerah (Porda) Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat untuk memastikan proses berjalan inklusif dan terkoordinasi.
Wakil Presiden Eksekutif Mahasiswa UB 2025, Muhammad Ghifari Aulia, menyampaikan bahwa hingga pertengahan hari pelaksanaan verifikasi, jumlah mahasiswa terdampak yang tercatat telah mencapai kisaran 180 hingga 190 orang dan berpotensi terus bertambah.

āHari ini kami melakukan verifikasi data untuk menggali kebutuhan aktual mahasiswa terdampak. Prosesnya sederhana, cukup dengan verifikasi identitas agar bantuan yang diberikan dapat benar-benar tepat sasaran,ā jelasnya.
Melalui Crisis Center ini, Universitas Brawijaya tengah menyiapkan berbagai skema bantuan. Di antaranya berupa penyesuaian Uang Kuliah Tunggal (UKT), bantuan keuangan darurat, hingga penyaluran beasiswa. Seluruh kebijakan tersebut akan diformulasikan berdasarkan hasil verifikasi yang sedang berlangsung.
UB memberikan bantuan dalam bentuk material dan perhatian terhadap dampak psikologis pascabencana. Universitas telah menggandeng layanan konseling internal untuk membuka akses pendampingan psikososial bagi mahasiswa yang membutuhkan dukungan mental dan emosional.
āKami menyadari bahwa musibah berdampak secara fisik dan ekonomi dan juga secara psikologis. Oleh karena itu, layanan konseling disiapkan sebagai bagian dari pemulihan yang menyeluruh,ā tambah Ghifari.
Sementara itu, UB juga terus menjalankan misi kemanusiaan di wilayah terdampak melalui pengiriman tim khusus dari Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat dan tim tanggap darurat universitas. Di sisi lain, penguatan layanan di kampus difokuskan untuk memastikan mahasiswa terdampak tetap memperoleh hak akademiknya.
Melalui keberadaan Crisis Center ini, Universitas Brawijaya menegaskan komitmennya untuk hadir secara nyata bagi mahasiswa dalam situasi krisis melalui bantuan material dan juga melalui kepastian kebijakan, dukungan psikologis, dan penguatan solidaritas kampus. (nid/ptr)









