Kanal24, Malang – Di tengah semangat kemanusiaan dan solidaritas global, Universitas Brawijaya (UB) menjalin kerja sama dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) untuk meluncurkan program Beasiswa Dokter Spesialis bagi dokter asal Palestina. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya, Malang, pada Senin (27/10/2025), dan dihadiri langsung oleh Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., serta Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional BSMI, M. Djazuli Ambari, S.KM., M.Si.
Penandatanganan nota kesepahaman ini menjadi momentum penting dalam memperkuat peran pendidikan tinggi Indonesia di ranah kemanusiaan internasional, khususnya bagi dunia medis di Palestina.
Baca juga:
64 Tahun FAPET UB: Mantapkan Ketahanan Pangan dan Hilirisasi Riset Peternakan

Pendidikan sebagai Misi Kemanusiaan
Program beasiswa ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap situasi pendidikan dan kesehatan di Palestina, terutama di wilayah Gaza yang mengalami kehancuran akibat konflik berkepanjangan. Banyak dokter muda kehilangan akses pendidikan lanjutan setelah kampus-kampus kedokteran di wilayah tersebut hancur.
Menanggapi kondisi ini, BSMI bersama UB sepakat untuk memberikan ruang bagi para dokter Palestina agar dapat menempuh pendidikan spesialis di Indonesia. Prof. Widodo menjelaskan bahwa UB sebagai perguruan tinggi memiliki misi untuk tidak hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menegakkan nilai kemanusiaan dan keadilan melalui aksi nyata.
“Kita sebagai perguruan tinggi memiliki misi untuk mengimplementasikan pengetahuan dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Kerja sama ini merupakan wujud kepedulian UB terhadap kebutuhan dunia, khususnya dalam bidang kesehatan di Palestina,” tutur Prof. Widodo.
Kerja sama ini juga menjadi kelanjutan dari komitmen UB dalam mendukung solidaritas internasional dan menjalin kolaborasi kemanusiaan bersama lembaga mitra.
Kolaborasi Pendidikan dan Bantuan Kemanusiaan
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan secara resmi oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh perwakilan UB-Palestine Solidarity serta tim medis BSMI untuk Gaza. Dalam tahap awal, sebanyak lima dokter asal Palestina disepakati sebagai penerima program beasiswa spesialis di Fakultas Kedokteran UB, meskipun saat ini baru satu peserta yang telah memulai proses pendidikan.

Ketua Umum DPN BSMI, M. Djazuli Ambari, menyebutkan bahwa program ini merupakan upaya lanjutan setelah banyak dokter Palestina kehilangan kesempatan belajar akibat hancurnya fasilitas pendidikan di Gaza.
“Beasiswa ini kami tujukan bagi dokter-dokter Palestina yang mengalami kesulitan pendidikan karena kampus mereka hancur. UB memiliki kapasitas dan komitmen untuk mendukung mereka melanjutkan studi hingga menjadi dokter spesialis,” jelasnya.
Skema pembiayaan dilakukan secara kolaboratif: Universitas Brawijaya menanggung biaya pendidikan, sedangkan BSMI bersama masyarakat Indonesia berperan dalam mendukung biaya hidup dan kebutuhan keseharian para mahasiswa Palestina selama di Malang.
Membangun Kapasitas Dokter Palestina
Program ini disusun dengan strategi jangka panjang untuk memperkuat kapasitas tenaga medis di Palestina. Pertama, BSMI dan UB melakukan seleksi bagi dokter yang telah menyelesaikan pendidikan dasar kedokteran di negaranya. Banyak di antara mereka sempat berpindah ke Kairo untuk melanjutkan studi karena kondisi keamanan.
Kedua, UB akan memberikan program adaptasi budaya dan bahasa Indonesia sebelum para dokter memulai perkuliahan resmi di program spesialis. Ketiga, para penerima beasiswa diwajibkan kembali ke Palestina setelah lulus untuk mengabdi di rumah sakit maupun klinik kemanusiaan.
Prof. Widodo menegaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga strategis untuk membangun jejaring kemanusiaan global.
“Kami ingin para dokter ini kembali ke negaranya dan menjadi agen perubahan di bidang kesehatan. Pendidikan adalah jembatan perdamaian,” ujarnya.
Dari Malang untuk Dunia Kemanusiaan
Melalui program ini, UB dan BSMI berharap dapat melahirkan generasi dokter-spesialis asal Palestina yang berkompeten dan berjiwa pengabdian. Kehadiran mereka diharapkan mampu memperkuat pelayanan kesehatan di wilayah-wilayah terdampak perang, terutama bagi perempuan dan anak-anak yang menjadi kelompok paling rentan.
BSMI juga menegaskan komitmennya untuk terus memperluas jaringan donor masyarakat agar beasiswa kemanusiaan seperti ini dapat berkelanjutan. “Kami ingin menjadikan pendidikan sebagai jalan panjang bagi perjuangan kemanusiaan. UB menjadi mitra penting dalam mewujudkan hal tersebut,” ujar Djazuli.
Kerja sama ini menjadi simbol nyata bagaimana dunia pendidikan Indonesia dapat mengambil peran aktif dalam isu global. Melalui langkah kecil dari kampus di Malang ini, harapan besar untuk masa depan Palestina terus tumbuh—dari ruang kuliah, laboratorium, hingga pelayanan kesehatan yang kelak mereka bangun di tanah kelahiran. (nid)










