Kanal24, Malang — Tantangan global menuntut perguruan tinggi untuk tidak hanya menghasilkan lulusan unggul secara akademis, tetapi juga mampu berkontribusi nyata dalam menjawab isu-isu keberlanjutan. Universitas Brawijaya (UB), sebagai salah satu kampus besar di Indonesia, dinilai telah menata langkah strategisnya melalui roadmap penelitian, kurikulum yang relevan, serta program yang mendorong mahasiswa terlibat aktif dalam inovasi dan pembangunan berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan oleh Misbahuddin Azzuhri, Ph.D., Associate Professor Universitas Brawijaya, saat menjadi pembicara dalam International Conference “Innovation and Sustainability for Global Impact” yang digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB, Kamis (4/9/2025).
Baca juga:
ICPEU 2025 Bahas Strategi Perencanaan Tangguh

Roadmap Riset Responsif terhadap SDGs
Menurut Misbahuddin, UB telah memiliki roadmap penelitian yang berorientasi pada isu-isu inovasi dan keberlanjutan. Kampus juga menunjukkan kesadaran tinggi untuk merespons tuntutan Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satunya terlihat melalui instrumen akreditasi internasional di berbagai fakultas yang mendorong adanya modifikasi serta pengembangan kurikulum agar sejalan dengan prinsip-prinsip SDGs.
“UB telah melangkah maju dengan mengintegrasikan isu-isu keberlanjutan ke dalam kurikulum. Langkah ini membuat posisi UB tidak hanya diperhitungkan di Asia, tetapi juga di kancah internasional,” ujarnya.
Mahasiswa Didorong Berwawasan Holistik
Ia menjelaskan, sejak lima tahun terakhir UB konsisten menerapkan kurikulum yang selaras dengan program Kampus Merdeka. Melalui desain program yang fleksibel, mahasiswa memiliki banyak pilihan untuk mengembangkan diri, baik melalui penelitian, pengabdian, maupun magang di berbagai sektor.
Menurutnya, hal ini mendorong mahasiswa agar tidak sekadar matang dalam teori, tetapi juga memiliki pengalaman empiris. “Poin pentingnya adalah bagaimana mahasiswa bisa terlibat dalam kegiatan yang mendukung kurikulum, termasuk konferensi seperti ini. Kegiatan semacam ini melatih mahasiswa agar memiliki wawasan holistik dalam melihat permasalahan sosial,” tambahnya.
Kearifan Lokal sebagai Kunci Inovasi
Misbahuddin juga menekankan pentingnya menggali nilai-nilai lokal dalam mengkampanyekan kesadaran akan keberlanjutan. Ia mencontohkan nilai gotong royong, musyawarah, hingga filosofi Tri Hita Karana di Bali sebagai modal budaya yang dapat dijadikan dasar dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap isu inovasi dan keberlanjutan.
“Kita tidak bisa menyelesaikan masalah sustainability dengan satu pola saja. Perlu berbagai pendekatan, termasuk menggali kearifan lokal yang sudah lama hidup di masyarakat,” jelasnya.
Kolaborasi Lintas Sektor
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa penyelesaian masalah berkelanjutan memerlukan kolaborasi multi pihak: pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha, hingga mahasiswa. Dengan keterlibatan yang lebih luas, inovasi akan lebih mudah lahir dan memiliki dampak nyata.
“Kami yakin dengan pola kolaboratif ini, masalah besar atau wicked problems bisa diurai. UB sangat siap menjadi bagian dari ekosistem inovasi yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Baca juga:
PKM-PK FEB UB Dorong Koperasi Desa Jadi Pilar Ekonomi
Harapan untuk Konsistensi Program
Menutup pemaparannya, Misbahuddin menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya konferensi internasional ini. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan secara berkelanjutan sebagai wadah mahasiswa menyalurkan ide, berkolaborasi, sekaligus memperluas jejaring internasional.
“Yang terpenting, kegiatan ini bukan hanya mendukung indikator kinerja utama (IKU) kampus, tetapi juga menjadi percontohan bahwa UB bisa menyelenggarakan konferensi internasional dengan tema inovasi dan keberlanjutan yang beragam setiap tahunnya,” pungkasnya. (nid/tia)