Kanal24, Malang – Hutan pendidikan menjadi salah satu aset penting dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendukung proses akademik. Namun, di tengah tantangan perubahan iklim, keterbatasan pendanaan, serta kebutuhan akan inovasi pengelolaan, banyak hutan pendidikan di Indonesia menghadapi persoalan serius untuk bertahan. Universitas Brawijaya (UB) sebagai salah satu perguruan tinggi besar di tanah air berupaya menjawab tantangan tersebut melalui UB Forest, hutan pendidikan yang difungsikan sebagai laboratorium hidup sekaligus ruang interaksi sosial dan ekonomi masyarakat.
Untuk memperkuat peran tersebut, UB menggelar acara bertajuk Bonsai: Bahas Inovasi Pengelolaan Hutan Pendidikan untuk Bumi Lestari di kawasan UB Forest pada Selasa (23/09/2025). Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak., Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UB, serta Dr. Mochammad Roviq, S.P., M.P., Kepala UPT Pengelola Kawasan Hutan UB.
Baca juga:
Divisi K3L UB Dorong Mahasiswa UB Jadi First Responder

Dorongan Inovasi Berbasis Riset dan Teknologi
Dalam kesempatan itu, Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak., Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UB, menekankan pentingnya riset yang terintegrasi lintas unit kerja. Menurutnya, UB Forest harus dikembangkan sebagai ekosistem inovasi yang melibatkan berbagai laboratorium, fakultas, dan pusat riset.
“Dengan teknologi berbasis Internet of Things (IoT), kita bisa mengidentifikasi jumlah dan jenis pepohonan, keberadaan satwa langka, hingga memantau kondisi ekosistem secara akurat. Dari sini lahir inovasi, baik dalam teknologi maupun model pengelolaan UB Forest,” ujarnya.
Prof. Unti menambahkan, inovasi tidak hanya terbatas pada riset hayati atau kimiawi, tetapi juga mencakup aspek ekonomi. Konsep Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera menjadi salah satu gagasan utama yang tengah dikembangkan UB.
Pendanaan dan Strategi Kemandirian Hutan
Salah satu tantangan besar dalam pengelolaan hutan pendidikan adalah soal pendanaan. Prof. Unti menegaskan, UB Forest harus mampu mengembangkan strategi kemandirian tanpa meninggalkan fungsi utamanya sebagai hutan pendidikan.
“Selain dukungan dari dana pendidikan universitas, UB Forest juga harus kreatif menggali potensi jasa lingkungan. Misalnya melalui kegiatan wisata edukasi, olahraga alam, atau kerja sama dengan komunitas pecinta lingkungan dan kesehatan,” jelasnya.
Dengan model ini, UB Forest diharapkan tidak hanya bertahan sebagai hutan pendidikan, tetapi juga menjadi pionir pengelolaan hutan berbasis inovasi dan kemandirian finansial.
Membangun Kecintaan pada Alam
Selain fokus pada riset dan inovasi, UB juga mendorong kegiatan yang menumbuhkan kecintaan terhadap alam. Salah satunya adalah program tracking bulanan di kawasan UB Forest yang terbuka untuk sivitas akademika, alumni, maupun masyarakat umum.
“Kegiatan ini bukan hanya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga menguatkan rasa cinta pada alam. Jika semakin banyak yang peduli dan mencintai UB Forest, maka semakin banyak pula yang sukarela berkontribusi dalam pemeliharaan dan pengembangannya,” tutur Prof. Unti.
Baca juga:
UB Jadi Pionir AI Talent Factory Nasional
Harapan untuk Bumi Lestari
Melalui acara Bonsai ini, UB menegaskan komitmennya untuk menjaga kelestarian hutan pendidikan sebagai rahmat yang harus dirawat bersama. Harapannya, UB Forest tidak hanya menjadi laboratorium akademik, tetapi juga model pengelolaan hutan pendidikan yang berkelanjutan dan bisa direplikasi di tempat lain.
“Kelestarian hutan harus selalu berjalan seiring dengan kesejahteraan masyarakat. Jika kita konsisten, penuh cinta, dan berkolaborasi, maka insya Allah UB Forest akan membawa manfaat besar bagi generasi sekarang dan mendatang,” pungkas Prof. Unti. (nid/dpa)