Kanal24, Malang – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama menggelar Hari Santri Nasional & Nahdliyyin Initiative Forum 2025 di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB) pada Selasa, 21 Oktober 2025. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari akademisi, santri, mahasiswa, hingga perwakilan lembaga dan banom di lingkungan PCNU Kota Malang.
Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber penting seperti Prof. Drs. Sutiman B. Sumitro, S.U., D.Sc. sebagai keynote speaker, serta Abdur Rahim, S.S., M.Pd. selaku Sekretaris Lakpesdam NU Kota Malang yang turut membahas peluncuran buku “The Nature’s Resacralization: The Nahdliyin’s Jihad in Protecting the Environment”. Selain itu, Ketua Pelaksana Romel Masykuri menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan momentum untuk meneguhkan kembali semangat perjuangan dan kontribusi santri terhadap pembangunan bangsa.
Baca juga:
UB Perkuat Sinergi Riset AI dan Komputasi Berperforma Tinggi

Proses Pelaksanaan Acara
Rangkaian peringatan Hari Santri Nasional di Universitas Brawijaya ini berlangsung dalam dua sesi utama. Kegiatan diawali dengan seminar internasional yang menghadirkan dosen tamu dari Amerika Serikat untuk membahas turats atau khazanah keilmuan klasik Islam. Seminar tersebut menjadi ruang dialog akademik yang mempertemukan tradisi keilmuan pesantren dengan pendekatan ilmiah modern.
Usai sesi seminar, acara dilanjutkan dengan sarasehan Hari Santri Nasional yang digelar pada siang hari. Dalam sesi ini, hadir pula Yai Said, mantan pengurus besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bersama Prof. Sutiman yang memberikan pandangan mendalam mengenai peran santri dalam pembangunan bangsa. Diskusi berlangsung dinamis dengan partisipasi aktif peserta yang berjumlah sekitar 250 hingga 300 orang. Mereka terdiri dari unsur pesantren, lembaga pendidikan tinggi, serta masyarakat umum yang turut menunjukkan antusiasme tinggi terhadap isu-isu keislaman dan kebangsaan.
Romel Masykuri selaku ketua pelaksana menjelaskan bahwa forum ini tidak hanya dimaksudkan sebagai peringatan seremonial, tetapi juga sebagai wadah intelektual untuk menafsirkan ulang makna perjuangan santri dalam konteks kekinian. Melalui seminar dan sarasehan, para peserta diajak merenungkan kembali peran strategis santri dan pesantren dalam menjaga nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin serta kontribusinya terhadap kehidupan sosial dan kebangsaan.
Harapan dan Keberlanjutan Gerakan
Melalui penyelenggaraan Hari Santri Nasional & Nahdliyyin Initiative Forum 2025 ini, panitia berharap semangat kebangsaan dan nilai keagamaan dapat terjalin lebih erat di kalangan generasi muda, khususnya santri dan mahasiswa. Romel Masykuri menegaskan bahwa cinta tanah air merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jati diri santri. Nilai ini bukan sekadar slogan, melainkan wujud pengabdian nyata terhadap kemajuan bangsa.

Kegiatan yang hanya berlangsung satu hari ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat kolaborasi antara pesantren, perguruan tinggi, dan masyarakat. Lakpesdam NU berencana menindaklanjuti forum ini dengan kegiatan riset dan pengabdian masyarakat yang berfokus pada isu lingkungan, pemberdayaan ekonomi santri, dan pendidikan karakter.
“Santri dan pesantren akan selalu konsisten memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa,” ujar Romel. “Kami ingin meneguhkan bahwa peran santri tidak berhenti pada masa lalu, tetapi terus berkembang mengikuti tantangan zaman.”
Melalui forum ini, Universitas Brawijaya tidak hanya menjadi ruang akademik, tetapi juga menjadi pusat dialog kebangsaan yang mempertemukan tradisi, ilmu pengetahuan, dan nilai spiritualitas. Semangat Hari Santri Nasional 2025 pun diharapkan menjadi momentum untuk meneguhkan kembali komitmen bersama dalam membangun Indonesia yang berkeadaban, berkelanjutan, dan berjiwa santri. (nid/dht)










