KANAL24, Malang – Universitas Brawijaya memberikan bantuan dengan mengirimkan 1 unit mesin Vacuum Fryer melalui program MBKM Semeru untuk program pembuatan kripik buah salak.
Alat yang dikembangkan oleh dosen FTP UB Dr. Anang Lastriyanto sejak tahun 1996 ini merupakan mesin penggorengan berbentuk vakum yang dipergunakan untuk memproduksi keripik buah dan sudah dipatenkan pada tahun 2001. Dalam proses pengembangannya, Vacuum Fryer sudah dikenal dan diterima oleh masyarakat. Tidak hanya di Kota Malang, namun seluruh Indonesia sudah familiar dengan alat tersebut.
Prinsip kerja dari Vacuum Fryer ialah penggorengan yang dilakukan dengan tekanan rendah mencapai dibawah 100°. Hal ini bertujuan agar pada saat digunakan untuk menggoreng, bahan-bahan yang ada di dalamnya tidak mudah rusak. Termasuk juga minyak yang digunakan dalam menggoreng. Cara kerja alat ini dinilai sangat efektif. Terlebih lagi dengan kondisi minyak langka yang terjadi saat ini, kehadiran vacuum fryer akan sangat berguna dan dapat memperpanjang masa pakai minyak.
“Jadi lebih efisien ya harapannya,” ungkap Anang Lastriyanto, Rabu (23/3/2022)
Vacuum Fryer sendiri memanfaatkan tekanan vakum dalam teknologi penggorengannya, sehingga bahan bakar yang digunakan ialah listrik. Meskipun begitu, daya listrik ini tidak besar dan dapat dipergunakan oleh listrik rumah tangga. Melalui kegiatan magang MBKM Semeru, Anang berharap bahwa nantinya akan terdapat agen-agen yang berasal dari para mahasiswa magang yang terlibat dalam pemanfaatan Vacuum Fryer agar mereka dapat membantu masyarakat dalam sistem penggunaannya. Terlebih lagi kawasan sekitar Semeru ini dikenal dengan hasil pertaniannya yang cukup banyak.
“Seperti untuk mengolah buah-buahah seperti salak yg dijadikan kripik, karena di Semeru dulu menjadi pusatnya, pisang dan sebagainya” imbuh Anang.
Dalam kesempatan berbeda, pengelola program MBKM Semeru UB Dr. Sujarwo membenarkan bahwa program pemulihan ekonomi sudah mulai dilakukan bersama Bumdes setempat. UB dan Bumdes sepakat untuk mengolah produk lokal yaitu salak menjadi keripik salak.
“Melalui program MBKM ini kami membantu dari desain produk, kemasan, pengolahan hingga penguatan manajemen Bumdes yang nantinya akan memasarkan produk tersebut,” jelas Sujarwo.
Pelatihan ini sudah diawali dengan ToT kepada mahasiswa yang akan mengoperasikan alat dan selanjutnya akan ada pelatihan untuk warga pada hari sabtu mendatang. (wen)