Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan profesor dari Fakultas Teknik (FT). Yakni, Prof. Dr. Eng. Nurkholis Hamidi, S.T., M.Eng. dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke 20 di Fakultas Teknik (FT) dan Profesor aktif ke 179 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 333 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya pada hari Minggu (20/08.2023).
Sebagai profesor kelahiran Sukoharjo, 21 Januari 1974, Prof. Nurkholis Hamidi telah menempuh pendidikan S1 Teknik Mesin Universitas Brawijaya (1998), S2 The Department of Mechanical Engineering, Kyushu Institute of Technology, Jepang (2006), dan S3 The Department of Mechanical Engineering, Kyushu Institute of Technology, Jepang (2009).
Melihat dari perjalanan pendidikan yang telah ditempuh, Prof. Nurkholis Hamidi juga telah mendapatkan kepercayaan untuk menerima berbagai jabatan. Tiga jabatan terbaru yang pernah ditugaskan adalah Ketua Unit Jaminan Mutu Teknik Mesin pada tahun periode 2010-2014 dan 2018-2022, Ketua Jurusan Teknik Mesin UB pada tahun periode 2014 – 2018, dan Ketua Badan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Teknik UB pada tahun periode 2022 – sekarang.
Prof. Nurkholis Hamidi juga telah melakukan berbagai penelitian yang menjadi karya luar biasa, salah satunya adalah 38 karya jurnal internasional. Berkat kegigihannya selama ini dalam menorehkan prestasi, ia mendapatkan dua penghargaan dari Presiden RI. Penghargaan-penghargaan tersebut adalah Satyalancana Karya Satya X tahun (2012) dan Satyalancana Karya Satya XX tahun (2020).
Prof. Nurkholis Hamidi dikukuhkan sebagai profesor bidang Energi Baru Terbarukan Biofuels mengenalkan Penggunaan Fame Catalytic Cracking dan E-CNT Additive untuk Peningkatan Kualitas Biodiesel.
Sejak lama, sumber energi dunia didominasi oleh bahan bakar fosil. Namun begitu, sumber energi ini berkontribusi terhadap permasalahan lingkungan dan menipisnya ketersediaan persediaan. Inovasi riset keilmuan dalam bidang energi terbarukan berbasis biofuel telah dilaksanakan. Keterbaruan dari inovasi ini berupa penerapan teknologi FAME catalytic cracking dan E-CNT additive untuk memperbaiki sifat fisik dan karakteristik pembakaran dari bahan bakar biodiesel Fatty Acid Methyl Ester (FAME).
Indonesia sendiri telah berhasil meningkatkan pemanfaatan biodiesel dalam bentuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sejak dilaksanakannya program mandatori B20 pada tahun 2016 menjadi B30 pada tahun 2020. Indonesia juga merupakan negara tropis dengan lahan luas dan beraneka varietas tumbuhan yang berpotensi menghasilkan minyak nabati untuk diolah menjadi biodiesel dalam jumlah yang sangat besar.
Sifat fisik minyak biodiesel, terutama viskositas dan sifat penguapannya, dapat diperbaiki melalui proses pemecahan rantai senyawanya. Saat ini, kami berusaha menerapkan teknologi FAME catalytic cracking untuk memperbaiki sifat fisik minyak biodiesel. Teknologi ini adalah teknologi catalytic cracking atau perengkahan minyak biodiesel dengan bantuan katalis H-zeolite. Proses catalytic cracking mampu memecah rantai karbon panjang menjadi rantai hidrokarbon yang lebih pendek. Dengan terbentuknya rantai karbon pendek tersebut maka diharapkan akan memperbaiki beberapa sifat fisik bahan bakar biodiesel.
Menurut Prof. Nurkholis Hamidi, Inovasi terkait aditif E-CNT untuk biodiesel masih dapat dikembangkan lebih baik lagi. “Sehingga bahan bakar biodiesel FAME dapat diaplikasikan pada mesin diesel dengan tingkat konsentrasi tinggi ataupun dalam keadaan murni. Inovasi terkait aditif E-CNT untuk biodiesel perlu diuji secara langsung dalam penggunaannya pada mesin diesel”, ujarnya.
Inovasi catalytic cracking dapat dikembangkan dari sisi katalis maupun prosesnya agar dapat menjadi bagian proses dalam pembuatan biodiesel yang akan menghasilkan bahan bakar yang berkualitas sesuai standar mesin dan dapat dikembangkan menjadi suatu peralatan yang dapat diterapkan dalam sistem bahan bakar dan pembakaran kendaraan diesel untuk meningkatkan proses pembakaran mesin agar lebih efektif dan efisien. (nid/suk)