Kanal24, Malang – Dr. Setiawan Noerdajasakti, SH., MH., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kewirausahaan Mahasiswa, menegaskan komitmen kampus dalam menjaga lingkungan yang aman dan bebas dari perundungan serta kekerasan seksual. Dalam Konferensi Pers PKKMB UB 2024/2025 Senin (12/08/2024), Dr. Setiawan menekankan bahwa UB telah menjalankan kampanye berkelanjutan untuk melawan segala bentuk kekerasan, termasuk perundungan dan kekerasan seksual, dalam setiap kegiatan yang melibatkan mahasiswa.
“Kami telah melakukan kampanye tanpa henti untuk menekan segala bentuk perundungan dan kekerasan seksual di kampus ini. Panitia pelaksana berbagai kegiatan, termasuk Raja Brawijaya, juga telah mengimplementasikan prinsip-prinsip ini dalam setiap aktivitasnya,” ujar Dr. Setiawan dalam keterangannya.
Kegiatan Raja Brawijaya, yang merupakan salah satu acara besar di Universitas Brawijaya, menjadi fokus utama dalam implementasi kampanye ini. Dr. Setiawan menjelaskan bahwa panitia Raja Brawijaya telah diberikan pelatihan dan panduan yang ketat untuk memastikan bahwa tidak ada ruang bagi perundungan maupun kekerasan seksual dalam setiap tahap pelaksanaan acara.
“Kami menitikberatkan fokus pada aspek pencegahan. Ini artinya, kami melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa perundungan dan kekerasan seksual tidak terjadi di kampus ini, terutama dalam kegiatan sebesar Raja Brawijaya. Pencegahan menjadi kunci utama kami,” tegasnya.
Selain itu, Dr. Setiawan juga menyoroti tingginya minat mahasiswa dalam mengikuti kegiatan Raja Brawijaya tahun ini. “Jumlah peserta yang mendaftar mencapai 2.600 orang, dan semuanya memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa sangat antusias dan berprestasi,” katanya.
Lebih lanjut, proses seleksi yang ketat juga menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan kegiatan ini. Setiap peserta, termasuk calon ketua pelaksana dan wakil ketua pelaksana, harus melewati berbagai tahap seleksi yang dipantau oleh tim pewawancara yang kompeten. “Setiap peserta telah melalui tahap seleksi yang ketat, dan majelis seleksi telah bekerja dengan baik dalam menyeleksi mereka yang terbaik,” tambah Dr. Setiawan.
Penekanan terhadap seleksi yang ketat ini menunjukkan bahwa Universitas Brawijaya tidak hanya fokus pada pencegahan perundungan dan kekerasan seksual, tetapi juga memastikan bahwa para pelaksana kegiatan adalah individu-individu yang berintegritas dan kompeten.
Dengan komitmen ini, Universitas Brawijaya berharap dapat menciptakan lingkungan kampus yang aman, nyaman, dan inklusif bagi seluruh mahasiswa. Kegiatan Raja Brawijaya pun diharapkan dapat berjalan dengan sukses tanpa adanya insiden yang merugikan para peserta.
“Kami akan terus berupaya untuk menjaga integritas kampus ini dengan memastikan setiap kegiatan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan kehormatan. Kami percaya bahwa upaya ini akan memberikan dampak positif bagi seluruh civitas akademika,” pungkas Dr. Setiawan. (nid/yor)