KANAL24, Semarang – Sampah menjadi persoalan serius yang dihadapi Jawa Tengah. Untuk mengatasi hal itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo akan menggelar konggres sampah sebagai upaya penanganan dan pengendalian sampah di masyarakat.
Para pegiat sampah mengapresiasi langkah Ganjar yang menggelar konggres sampah sebagai upaya penanggulangan sampah di Jawa Tengah. Namun mereka berharap, konggres tersebut dapat menghasilkan langkah kongkret dalam upaya pengurangan sampah di masyarakat.
“Minimal, konggres sampah nanti dapat menghasilkan kebijakan dalam rangka merubah perilaku masyarakat tentang sampah. Tidak perlu bicara jauh-jauh dahulu, karena problem sampah sebenarnya ada pada perilaku masyarakat,” kata Pegiat Bank Sampah Alam Pesona Lestari Semarang, Sri Ismiyati, Kamis (26/9/2019).
Perempuan yang akrab disapa Ismi ini menerangkan, sampah tidak akan menjadi persoalan jika kesadaran masyarakat tinggi. Hal sederhana saja, bagaimana kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, menyediakan tempat sampah di mobil, mampu memilah sampah dan bisa mengelola sampah menjadi barang bernilai ekonomis saja, itu sudah sangat bagus.
“Hal sederhana yang sangat mudah itu saja kalau bisa dilakukan, maka persoalan sampah akan selesai. Nah dalam konggres nanti, harus ada pembahasan serius mengenai persoalan itu, kalau perlu nantinya ada psikolog khusus sampah yang konsen terhadap perubahan perilaku dan mindset masyarakat, ada petugas khusus yang digerakkan massal untuk sosialisasi dan memberikan pelatihan dan sebagainya,” ucapnya.
Setelah bertahun-tahun berkecimpung dengan sampah, Ismi mengaku kesulitan untuk merubah perilaku masyarakat. Sosialisasi sampai tingkat bawah baik dasa wisma (Dawis), RT, RW sering dilakukan, namun hasilnya masih belum optimal.
“Padahal sudah banyak yang bergerak, bank sampah sudah banyak, perajin sampah menjadi barang daur ulang juga banyak. Entah kenapa masih belum bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat. Itulah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam konggres nanti,” tutupnya.
Hal senada disampaikan Ika Yudha Kurniasari, pegiat Bank Sampah Resik Becik Kota Semarang. Menurut Ika, persoalan sampah tidak akan pernah selesai apabila mindset masyarakat tentang sampah masih seperti saat ini, yakni menganggap sampah sebagai kotoran yang tidak berharga.
“Memang merubah perilaku itu sulit, tapi kalau tidak dilakukan maka persoalan sampah tidak akan selesai. Semua lini baik pemerintah, masyarakat, komunitas, instansi dan stakeholder harus dilibatkan secara massif untuk merubah perilaku itu,” ucapnya.
Kalau perlu lanjut dia, sosialisasi juga melibatkan psikolog dan pakar komunikasi agar pesan-pesan itu sampai pada masyarakat. Endingnya, masyarakat mampu tergerak untuk berubah.
“Sampai pada titik kesadaran sanes tiyang Jateng menawi mboten peduli sampah (bukan warga Jateng kalau tidak peduli sampah,” pungkasnya.
Pandangan lain disampaikan oleh Richard Eko Nugroho, pegiat bank sampah Suko Resik asal Kabupaten Semarang. Menurutnya, kurangnya minat masyarakat untuk terlibat dalam penanganan sampah karena menilai sampah tidak ada harganya.
“Meskipun bank sampah itu mau membeli sampah dari masyarakat, namun nominalnya sangat kecil. Mungkin pemerintah dapat melakukan terobosan terkait hal ini. Kami sering melakukannya, dengan membagikan sembako kepada masyarakat yang mau menyetorkan sampah ke kami,” terangnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah dalam berbagai kesempatan sebelumnya menerangkan, konggres sampah digelar untuk mencari solusi dalam penanganan sampah. Baik dari sisi hulu sampai hilir, semua persoalan harus dikaji dan ditemukan solusinya. (sdk)