Kanal24, Malang — Tantangan utama UMKM hari ini bukan lagi sekadar mampu memproduksi, tetapi bagaimana memastikan produk mereka memenuhi standar, menguasai digitalisasi, hingga menembus pasar global. Di tengah kompetisi yang semakin ketat, kebutuhan akan ekosistem pendukung kian mendesak. Inilah urgensi yang diangkat dalam Talkshow UMKM Award Kota Malang 2025, yang digelar Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Kamis (27/11/2025), di Main Hall Lantai 2.
Acara yang menjadi rangkaian UMKM Award ini mempertemukan pemerintah daerah, pelaku kebijakan, dan UMKM inspiratif untuk membahas strategi naik kelas di tengah tantangan ekonomi. Salah satu sorotan adalah komitmen Bea Cukai dan Pemerintah Kota Malang dalam memperkuat kualitas, akses pembiayaan, hingga peluang ekspor.
Bea Cukai: Ekspor Itu Mudah dan Tidak Dipungut Biaya
Bahkroni, Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Kanwil Bea Cukai Jawa Timur II yang juga Ketua Pokja Joint Program UMKM Kemenkeu Jatim, menjelaskan secara tegas peran Bea Cukai dalam mendorong UMKM masuk pasar global.
“Peran Bea Cukai untuk teman-teman UMKM: kita melakukan pembinaan ya mulai dari pembiayaan, bagaimana menghasilkan proses produksi, bagaimana nanti pemasaran, bagaimana produk itu bisa go internasional,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa prosesnya tidak sekadar mendorong produk untuk diekspor, tetapi memastikan kualitasnya telah sesuai standar.

“Kita akurasi seperti ini dengan standar-standar. Mungkin ada sertifikasi halalnya atau SNI atau mungkin sudah mendapatkan sertifikat dari negara tertentu,” tambahnya.
Bahkroni juga meluruskan salah kaprah yang kerap dipercaya pelaku UMKM terkait biaya ekspor.
“Itu paradigma yang keliru. Saya bisa luruskan, ekspor itu mudah dan saya pastikan Bea Cukai dalam memberikan pelayanan mulai dari bimbingan sampai pelaksanaan ekspornya itu tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis,” tegasnya.
Menurutnya, yang sering dianggap sebagai ‘biaya ekspor’ oleh UMKM sesungguhnya berasal dari biaya logistik: kontainer, pengiriman, atau jasa packing. “Tapi dari sisi proses secara dokumen tidak ada biaya sama sekali. Bea Cukai itu haram hukumnya melarang kegiatan UMKM khususnya yang mendatangkan devisa buat negara,” tandasnya.
Wali Kota: UMKM Harus Terus Dipromosikan dan Naik Kelas
Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M, menyampaikan apresiasinya terhadap UMKM Award yang dinilai mampu meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas pelaku usaha lokal.
“Ini kegiatan Diskopindag untuk memberikan apresiasi kepada UMKM. Ini memberikan semangat agar bisa memberikan tampilan yang baik, kualitas yang baik,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kota Malang terus berupaya mendukung promosi dan aksesibilitas UMKM. “Kami mempromosikan bahwa UMKM di Kota Malang ini tidak kalah dengan yang lain. Kami berharap mari semua bersama-sama bersemangat menjalankan kewajiban untuk mempromosikan UMKM-nya,” ujarnya.
Namun, ia juga mengingatkan soal kondisi anggaran daerah. “Kalau ditanya targetnya ingin semua naik kelas. Tapi dengan anggaran terbatas, ya kita sesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada,” jelasnya.

Untuk menjawab permasalahan klasik UMKM, mulai dari akses pembiayaan hingga pemasaran, Pemkot Malang menyiapkan sinergi dengan berbagai pihak, termasuk BPR Kota Malang dan promosi di berbagai event.
Pemenang UMKM Award 2025: Dramma Buktikan Digitalisasi Mengubah Segalanya
Salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah Srie Dewi Wirautami, pemilik brand Zama, yang keluar sebagai pemenang UMKM Award 2025. Ia mengaku tak menyangka meraih posisi tertinggi.
“InsyaAllah nggak menduga karena teman-teman nominator semuanya bagus-bagus,” ucapnya. Namun, konsistensi dan pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci keberhasilannya.
Dalam presentasi kepada dewan juri, ia mengangkat dua isu besar: digitalisasi dan keberlanjutan berbasis SDGs.
“Teknologi digital itu sangat luar biasa memudahkan kita. Segala sesuatu yang mahal menjadi murah, yang lama menjadi cepat, dan yang rumit menjadi mudah,” jelasnya. Zama memulai bisnis secara fully digital dalam lima tahun pertama sebelum akhirnya bergabung dengan program pendampingan pemerintah.
Bahkan, pada tahun ini, ia mewakili Indonesia dalam World Expo di Osaka, Jepang.
Lebih jauh, Zama menerapkan empat komponen SDGs: penghapusan kemiskinan melalui pembukaan lapangan kerja, gender equality dengan 96% tenaga kerja perempuan, responsible production dengan mendaur ulang 80% limbah, serta partnership for business goals dengan sistem produksi berbasis kemitraan.
Namun perjalanan tersebut tidak tanpa tantangan. “Tantangan terbesar adalah karena kemitraan. Produk dikerjakan kelompok perempuan A dan B hasilnya beda-beda. Quality control menjadi kendala,” ujarnya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa bisnis harus dibangun dengan ilmu dan komunitas. “Bangun bisnis itu harus ada ilmunya. Belajarlah nomor satu. Lalu berkomunitas, jangan sendiri,” pesannya.
Talkshow UMKM Award Kota Malang 2025 mempertegas bahwa sinergi pemerintah kota, kementerian, dan pelaku usaha mampu mendorong UMKM naik kelas. Dari layanan ekspor yang kini semakin mudah, dukungan promosi pemerintah, hingga praktik bisnis berkelanjutan dari pelaku UMKM berprestasi, ekosistem UMKM Kota Malang terus bergerak maju.(Din/Dht)









