Kanal24 – Menurut data UNICEF, situasi yang dihadapi anak perempuan di seluruh dunia masih sangat memprihatinkan. Satu dari lima perempuan muda (usia 20-24 tahun) menikah saat mereka masih anak-anak. Tidak hanya itu, hampir satu dari empat remaja perempuan yang menikah atau tinggal bersama pasangannya pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual. Di tengah epidemi global, 75% dari infeksi HIV baru pada remaja terjadi pada anak perempuan, yang juga lebih rentan terhadap masalah kesehatan lainnya, seperti anemia—dengan satu dari tiga remaja perempuan menderita penyakit ini akibat malnutrisi.
Selain itu, anak perempuan menghadapi hambatan besar dalam mendapatkan pendidikan dan pekerjaan. Mereka dua kali lebih mungkin dibandingkan anak laki-laki untuk tidak terlibat dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan. Kondisi-kondisi ini tidak hanya menghalangi masa depan mereka, tetapi juga memperpanjang siklus ketidakadilan dan kemiskinan.
Namun, perubahan tetap memungkinkan. Dengan tindakan nyata dan dukungan global, solusi-solusi efektif telah terbukti dapat mempercepat kemajuan. Melalui akses ke layanan kesehatan berkualitas, pendidikan, dan keterampilan, anak-anak perempuan bisa mendapatkan peluang untuk sukses. Hari Anak Perempuan Internasional, yang diperingati setiap tanggal 11 Oktober, menjadi momen penting untuk merayakan dan memperkuat suara serta kepemimpinan mereka di dunia yang seringkali membatasi potensi mereka.
UNICEF menyampaikan dalam rilisnya bahwa menjadi seorang anak perempuan seharusnya tidak membatasi apa yang bisa mereka capai, ke mana mereka bisa pergi, atau siapa yang bisa mereka jadi. Namun, bagi jutaan anak perempuan di seluruh dunia, kenyataan ini masih jauh berbeda. Mereka kerap terbelenggu oleh ketidakadilan, terpinggirkan, dan terjebak dalam tantangan yang menghalangi hak-hak mereka. Banyak dari mereka terpaksa menikah di usia dini dan kehilangan akses ke pendidikan serta pelayanan kesehatan yang layak.
Kekerasan dalam rumah tangga pun menjadi ancaman nyata bagi mereka yang menikah di usia muda. Selain itu, risiko kesehatan seperti anemia dan infeksi HIV semakin membebani masa depan anak perempuan. Di sisi lain, angka anak perempuan yang tidak terlibat dalam pendidikan atau pekerjaan menunjukkan bahwa banyak potensi yang hilang hanya karena kurangnya akses terhadap peluang.
Meskipun menghadapi tantangan berat, anak perempuan di seluruh dunia tetap optimis dan berani bermimpi besar. Mereka memiliki visi dunia di mana hak-hak mereka dilindungi, dihormati, dan diberdayakan. Setiap hari, mereka berjuang untuk mewujudkan visi ini. Namun, perjuangan mereka tidak bisa dilakukan sendiri. Mereka membutuhkan sekutu yang siap mendukung dan mendengarkan kebutuhan mereka.
Ketika anak perempuan diberikan kesempatan yang setara, potensi mereka untuk memimpin sangatlah besar. Dari keluarga hingga komunitas dan ekonomi, dampak kepemimpinan mereka terasa luas, menciptakan dunia yang lebih kuat dan masa depan yang lebih cerah untuk semua orang.
Perlindungan hak-hak anak perempuan adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih adil. Langkah-langkah mendesak diperlukan untuk memastikan bahwa kemajuan bersama anak perempuan terus berjalan. Berinvestasi dalam masa depan mereka berarti membangun masa depan yang lebih baik untuk kita semua. Sebab, ketika anak perempuan mampu meraih tujuan mereka, kita semua bergerak lebih dekat menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).(din)