Kanal24, Malang – Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI) Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Aulia Fuad Rahman, S.E., M.Si., Ak., menegaskan pentingnya penerapan manajemen risiko terintegrasi di lingkungan perguruan tinggi. Hal ini disampaikan dalam Seminar Penguatan Manajemen Risiko di Lingkungan Universitas Brawijaya yang merupakan bagian dari agenda Sekolah Pemimpin UB bertema Manajemen Risiko dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Program Strategis, Jumat (13/6/2025)
Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh dekan fakultas, direktur, kepala, dan divisi di lingkungan Universitas Brawijaya, serta menghadirkan pembicara dari Universitas Indonesia, Nyoto Asgard, S.E., M.Si., ERMAP., CROP, Kepala Bagian Manajemen Risiko UI.
Manajemen Risiko sebagai Amanah Regulasi
Prof. Aulia menyampaikan bahwa penerapan manajemen risiko di perguruan tinggi merupakan amanat Kementerian dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 108 tentang Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH). “Manajemen risiko di UB sudah berjalan, tetapi sifatnya masih parsial. Ke depan, kami ingin menerapkan enterprise risk management yang terintegrasi dengan struktur dan mekanisme yang terstandar,” ujar Prof. Aulia.
Dalam paparan tersebut, ia menjelaskan konsep tiga lini pertahanan dalam manajemen risiko. Lini pertama berfokus pada risk owner atau pengelola langsung, lini kedua sebagai koordinator manajemen risiko, dan lini ketiga sebagai pengawas. “Selama ini, di Indonesia, belum ada struktur lini kedua yang terintegrasi. Kami ingin memisahkan fungsi pelaksanaan dan pengawasan risiko secara jelas di UB,” tambahnya.

Blending Risiko Akademik dan Non-Akademik
Prof. Aulia juga menjelaskan bahwa pengelolaan risiko di UB selama ini terbagi menjadi dua: akademik di bawah Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) dan non-akademik di bawah SPI. Namun, UB berencana mengintegrasikan kedua kategori tersebut dalam satu sistem risiko terpadu. “Kami akan menyusun peraturan rektor tentang manajemen risiko sebagai dasar hukum, diikuti dengan registrasi risiko di seluruh unit kerja untuk pelaksanaan yang menyeluruh,” jelasnya.
Manajemen risiko terintegrasi diharapkan mampu memitigasi hambatan terhadap pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis UB. “Dengan sistem ini, kami bisa mengidentifikasi risiko lebih dini dan meningkatkan pencapaian kinerja UB di masa depan,” ungkap Prof. Aulia.
Pembelajaran dari Universitas Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Nyoto Asgard dari Universitas Indonesia membagikan pengalaman UI dalam menerapkan manajemen risiko terintegrasi. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara perencanaan strategis dan mitigasi risiko untuk mendukung pelaksanaan program unggulan di perguruan tinggi.
Penerapan manajemen risiko di perguruan tinggi bukan hanya tentang mengelola ancaman, tetapi juga mendidik seluruh ekosistem kampus untuk berpikir proaktif dan inovatif. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk mengantisipasi risiko dan mengubahnya menjadi peluang adalah keterampilan yang sangat penting, tidak hanya untuk institusi, tetapi juga untuk setiap individu di dalamnya.
Universitas Brawijaya, melalui langkah ini, menunjukkan komitmennya untuk menjadi institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya unggul dalam prestasi akademik, tetapi juga adaptif dan tanggap terhadap tantangan global. Dengan sistem manajemen risiko yang kokoh, UB siap melangkah ke depan sebagai pelopor pendidikan tinggi di Indonesia. (Din)